Chapt ini bakal membuat kalian senang dan terkejut secara bersamaan. Hati-hati ya, jaga hati kalian.
Siapkan mental gaes wkwkwk
Beberapa chapter menuju ending nih ...
HAPPY READING 💓
Sejauh ini, untuk urusan dapur, Ralin hanya bisa menguasai memasak nasi goreng dan telor ceplok. Awalnya memang terasa hambar dan tidak enak, tapi karena ia terus memasak dan mencoba agar lebih baik dari sebelumnya, akhirnya nasi goreng buatan Ralin terasa pas dilidah.Dan pagi ini, Ralin kembali memasak di dapur dengan menu yang sama. Ralin sudah berkali-kali meminta Ragas agar memesan makanan di luar saja jika ia bosan memakan nasi goreng buatannya. Tapi Ragas malah menolaknya keras-keras, ia lebih memilih memakan masakan Ralin. Pernah Ralin meminta maaf karena tidak bisa memasak makanan yang lain, namun Ragas justru tersenyum dan tidak mempermasalahkan hal itu.
Ralin sebenarnya kasihan kepada Ragas, memang cowok itu mengatakan jika ia tidak masalah memakan menu yang sama. Tapi Ralin tidak tahu kata hati cowok itu. Bisa jadi kan kalau Ragas hanya tidak ingin menyakiti perasaannya dengan beralibi semisal cowok itu tidak pernah bosan memakan masakannya?
Maka dari itu, Ralin ingin terus belajar memasak agar Ragas semakin lahap memakan hasil masakan dapurnya. Perasaan Ralin untuk cowok itu bertambah besar seiring waktu berjalan. Ragas juga membuatnya nyaman, dan cowok itu benar-benar berbeda dengan Ragas sewaktu pertama kali Ralin bertemu.
Ragas yang sekarang menjadi suaminya cenderung manis dan sering membuatnya melayang. Berbeda seperti dulu yang malah membuat Ralin geram setiap hari. Mungkin Ralin bisa mempercayai kalimat yang dikatakan orang lain bahwa sifat orang lain bisa berubah hanya demi orang yang kita cintai.
Hal itu tentu saja membuat Ralin merasa lega sekaligus senang.
Semangat Ralin pagi ini untuk membuat sarapan begitu menggebu. Senyuman diwajahnya belum kunjung memudar. Hingga ketika tiba-tiba saja sebuah tangan melingkar diperutnya dari arah belakang mampu membuat Ralin tidak bisa berkutik. Ralin bahkan memberhentikan napasnya seperkian detik.
Pandangan Ralin menurun, betapa kagetnya ia sesaat ketika netranya menangkap tangan berotot milik Ragas yang sedang memeluknya dari belakang ini. Ralin menelan ludahnya dan sedikit melenguh. Perlahan, kepalanya bergerak ke belakang untuk menatap wajah cowok itu.
"Ragas, lepasin ih!" hardik Ralin sembari berusaha membebaskan dirinya dari pelukan erat Ragas.
Alih-alih menuruti apa yang Ralin perintahkan, Ragas justru mengeratkan tangannya. Bukan hanya itu, Ragas juga meletakkan dagunya di ceruk leher Ralin. "Nggak mau, masih pengin peluk," jawabnya dengan suara serak-serak basahnya.
Ralin mendengkus, "aku lagi masak Ragas, kamu nggak lihat emangnya? Bakal susah dong entar. Buruan lepasin," omel Ralin, yang justru malah diabaikan Ragas. Cowok itu kini mengendus rambut Ralin yang terasa sangat wangi ketika menembus indera penciumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Teen Fiction"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...