Kemarin nggak bisa update karena lagi males nulis hehe. Jadi sekarang deh updatenya. Satu hari doang nggak update mah gak papa ya!
Vote dan komentar yak jangan lupa
Satu Minggu kemudian ...
Tinggal menunggu hitungan menit status Ralin akan berubah menjadi istri sah Ragas Sadewa Nugroho. Dengan membawa segumpal rasa kecemasan dan ketakutan, Ralin kini berdiri di hadapan cermin kamarnya. Penampilannya sudah berubah, ia sekarang mengenakan gaun mewah berwarna putih. Rasanya Ralin ingin menangis lagi. Ia tidak ingin menikah dengan cowok kejam seperti Ragas. Ia tidak ingin seperti ini. Menikah dalam waktu dekat sama sekali tidak terpikirkan oleh Ralin sebelumnya. Apalagi menikah dengan cara seperti ini.
Jika mamanya tidak mengingatkannya berkali-kali untuk tidak menangis, mungkin sedari tadi Ralin sudah membungkus dirinya di bawah selimut dan menangis semampunya yang ia bisa. Ia sungguh tidak mau menikah. Bahkan Ralin terlalu sering menangis akhir-akhir ini.
Ceklek.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka, Ralin langsung menemukan mamanya yang berjalan pelan menuju ke arahnya. Ralin masih kesal dengan wanita itu. Ia pun memilih untuk mendiaminya.
"Wah anak mama cantik banget," puji Erna sambil memegang kedua bahu Ralin dari belakang. Ia menatap anaknya dari pantulan cermin kamarnya.
"Nggak usah muji-muji Ralin deh ma, Ralin lagi kesel sama mama," jawab Ralin dengan raut wajah jutek. Ia menatap mamanya sekilas dan memutar bola matanya.
Erna menghela napas panjang dan berjalan pelan menuju kasur Ralin, ia duduk di sana dan memandangi putrinya yang sebentar lagi akan berubah status menjadi istri orang. Erna tersenyum tipis. "Ralin, lihat mama," titahnya.
Walaupun setengah malas melakukannya, Ralin tetap membelokkan tubuhnya. Ia menatap mamanya dalam dan tidak berbicara, memberikan peluang untuk Erna melanjutkan ucapannya.
Erna menggenggam kedua tangan Ralin dan mengusapnya pelan menggunakan ibu jarinya, sedari tadi senyumannya terukir diwajahnya yang awet muda. "Ralin, dengerin apa kata mama sekarang." Memberi jeda sejenak untuk menghela napas, Erna berdehem kecil. "Ini demi kebaikan kamu Ralin. Mama bakal terus ada buat Ralin, jadi nggak usah takut gitu."
"Ya tapi sekarang Ralin mau nikah mama, kenapa sih mama waktu itu setuju tunangan itu? Kenapa nggak tolak aja? Ralin masih sekolah kalo mama lupa, Ralin masih butuh belajar buat ngejar cita-cita Ralin. Lah ini malah nikah," ucap Ralin menggebu-gebu karena sudah terlampau kesal. Jika wanita dihadapannya ini bukan mamanya, mungkin Ralin susah menonjoknya sedari tadi.
"Iya mama tahu, pasti terasa berat buat kamu. Tapi ini demi kebaikan kamu Ralin."
"Kebaikan Ralin dari segi mananya? Demi kebaikan mama kali." Ralin menjawabnya ketus, "Ralin nggak mau nikah ma, apalagi sama Ragas. Ralin nggak suka sama dia, Ragas jahat ma, Ragas sering nyakitin Ralin. Mama harus batalin pernikahan ini," ujar Ralin memohon, mimik wajahnya sudah ia ciptakan sememelas mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Teen Fiction"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...