UPDATE GUYS!
Jangan lupa ramaikan ya, tekan bintang dan komentarnya yang banyak.Happy Reading 💓
"Lo nyetak foto itu mau diapain sih?" tanya Ralin sambil menatap Ragas yang tengah mengaplikasikan sebuah foto agar masuk ke dalam bingkai.Tanpa menoleh dan memperhatikan Ralin, Ragas mendesah kecil, sementara tangannya masih sibuk dengan foto pernikahan yang baru ia cetak beberapa hari kemarin.
"Ragas, gue tanya lo," ucap Ralin yang sudah mulai kesal karena diabaikan begitu saja.
Ragas menoleh ke samping seraya mendecakkan lidah. "Yang lo tanya nggak penting. Gunanya foto ya buat dilihat," ujarnya.
"Iya gue tau, tapi kenapa harus foto yang itu sih?" kesal Ralin.
"Biar nggak ilang," jawab Ragas acuh.
Ralin mengerucutkan bibirnya mendengar respons Ragas yang menurutnya sangat cuek. Ia pun memilih diam seraya memperhatikan cowok itu. Tak lama kemudian Ragas telah selesai melakukan pekerjaannya. Ditatapnya foto itu sambil tersenyum tipis, ia merasa senang karena akhirnya Ralin sudah berstatus menjadi istrinya, dan itu artinya tidak akan ada cowok lain yang mendekati Ralin, terutama Arjun si musuh bebuyutannya.
"Cantik, ya?" ujar Ragas seraya sedikit menggeser bingkai foto yang ia pegang agar Ralin bisa melihatnya juga.
Ralin menatap Ragas, seringai jailnya muncul setelah itu. "Yang cantik gue atau bingkai fotonya?" Ralin terkekeh kecil diakhir kalimatnya.
Ragas memalingkan wajahnya memperhatikan Ralin. "istri gue yang cantik," ujarnya pelan. Ralin melotot lebar dan segara memperhatikan Ragas lagi. Tatapan mereka pun kini terkunci sedetik setelah degup jantung Ralin bertambah kencang.
Oh my God! Ralin mendadak saja bingung caranya mengambil napas. Ia buru-buru memalingkan wajahnya ketika kedua pipinya terasa panas. Kenapa ia mudah sekali baper dengan Ragas? Sialan!
Tidak mau salah tingkah, Ralin akhirnya memilih berdiri dari duduknya. "Gue mau ke kamar," ujarnya cepat tanpa menoleh ke arah Ragas, namun sebelum Ralin bisa beranjak pergi, tangan kanannya berhasil dicengkeram Ragas dan alhasil pergerakan Ralin terhenti. Ia menatap mata Ragas yang baru disadari Ralin kalau cowok itu memiliki bola mata yang indah, warnanya hitam legam, sehitam obsidian. Ralin menelan ludahnya dengan gugup.
"Ke—kenapa?" tanya Ralin. Sial, kenapa ia harus gugup segala seperti ini? Kali ini, rasanya Ralin ingin menenggelamkan dirinya di lautan. Ia tidak tahan, dadanya berdebar keras, dan Ralin sudah mulai salah tingkah.
"Jangan tidur dulu," jawab Ragas.
Ralin diam, ia masih menatap Ragas dalam, lebih tepatnya menunggu cowok itu mengucapkan kalimat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Teen Fiction"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...