Sumpah, aku nggak nyangka kalo banyak yang minat baca cerita ini. Aku terharu, sumpah gaes nggak bohong 😭
Aku update lagi karena komentar kalian udah terpenuhi. Herman aku, gercep banget. Dan pastinya aku suka banget kalo kayak gini.
Sebelum baca ke bawah, jawab pertanyaan aku dulu yuk
1. Kamu tinggal di mana?
2. Umur berapa?
3. Masih sekolah? Kelas berapa?
4. Berapa tanggal lahir kamu?
5. Komentar Ragas di sini sebanyak yang kalian mampu!
UDAH SIAP KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF?
HAPPY READING SOBAT HUJATAN RAGAS💓💓💓
12. Ralin Sialan!
Ragas berdiri sambil menyangga tangannya di balkon yang berada di kamarnya. Cowok itu mendongak, menatap langit yang kali ini diisi oleh lautan bintang dan bulan purnama yang terang benderang. Ragas tersenyum kecil, dan entah kenapa ingatannya membawa dirinya kepada sesosok cewek yang belakang ini sering ia beri pelajaran. Ralin.Ragas menunduk, kemudian kedua tangannya menengadah ke udara, ia menatap lama kedua tangannya itu sebelum akhirnya ia menelan ludah.
Apa gue udah bertindak terlalu kasar sama tuh cewek? Ragas bergumam dalam hati, bayang-bayang wajah Ralin yang sendu dan nanar, kini sudah mengisi sebagian otaknya. Namun, Ragas menggeleng cepat beberapa saat setelah itu. Nggak! Dia emang salah, gue nggak salah kalo beri dia pelajaran!
Menghembuskan napas panjang, Ragas akhirnya memilih masuk ke dalam kamarnya dan duduk di bibir kasur. Namun, lagi-lagi wajah Ralin terbayang di kepalanya. Kali ini ekspresi Ralin yang nyolot dan sama sekali tidak takut dengannya membuat Ragas terpancing emosi.
Tapi Ragas juga bingung dengan perasaannya. Hati kecilnya kadang menjerit tidak tega sewaktu ia berkata dan bertindak kasar dengan Ralin. Apa Ragas sudah berlebihan? Ragas tidak akan main tangan dan emosi jika Ralin tidak memancing amarahnya. Jadi, sebenarnya yang salah siapa?
Ragas mengacak rambutnya frustasi, kemudian ia merebahkan badannya di kasur dalam satu tarikan napas. Memandangi langit-langit kamarnya, Ragas memejamkan matanya. Namun, belum lima detik, pintu kamarnya di ketuk beberapa kali, memaksa Ragas membuka kelopak matanya dan bergerak untuk membukakan pintu tersebut.
Ragas kini berhadapan dengan Dinda. Ia menunduk, menatap sepasang mata milik adiknya, hingga akhirnya Ragas bertanya. "Dinda, kenapa?"
Jika kemarin Ragas menangkap ekspresi sedih Dinda, tapi kali ini Ragas tidak mendapatkan hal serupa. Wajah Dinda malah terlihat memerah. Seperkian detik selanjutnya, bukannya mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan, Ragas justru menerima pukulan diperut dari Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Teen Fiction"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...