44. MALAM PERTAMA

1.2K 129 54
                                    

Ragas dan Ralin update lagi yeah!!!!

Double Update nih! Jarang banget lho aku double update gini. Chapter ini diperuntukkan untuk kalian yang selalu nunggu aku update cerita ini!

Happy Reading ya!

Ada satu hal lagi yang tidak pernah terpikirkan oleh Ralin sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada satu hal lagi yang tidak pernah terpikirkan oleh Ralin sebelumnya. Yaitu ia tinggal satu apartemen dengan Ragas. Ralin sekarang sedang duduk di ruang tamu. Ia yakin, malam ini ia tidak akan bisa tidur. Ralin memang tipikal orang yang susah mencari tempat baru untuk tidur dan hanyut ke dalam mimpi.

Belum lagi rumah ini terlihat sepi membuat Ralin bertambah takut. Bukan hanya itu, keberadaan Ragas semakin memacu ketakutan Ralin membludak keluar. Ia takut jika Ragas berbuat kejam kepadanya meskipun sekarang ia tidak bisa mengelak bahwa cowok itu adalah suaminya.

Ralin mendengkus, dengan bosan ia mengambil remote dan memilih menyibukkan diri dengan televisi. Berharap agar rasa bosan dan takut ini segera sirna.

"Lagi nonton apaan lo?"

Ralin langsung menoleh ke belakang, dan ia melihat Ragas dengan pakaian santainya. Indera penciuman Ralin dimanjakan oleh bau harum cowok itu, yang Ralin yakini bahwa Ragas baru saja membersihkan diri. Belum lagi pernyataan itu diperkuat oleh penampilan cowok itu, rambutnya basah dan acak-acakan. Tampang menyeramkannya semakin terlihat jelas.

Ralin menjawab singkat, tapi terdengar sangat ketus ditelinga Ragas. "Menurut lo?"

Ragas mengendikkan bahu, lalu memilih duduk di samping Ralin, membuat Ralin segara menolehkan pandangannya menatap Ragas lagi. Tatapannya melayang sinis, "kenapa lo deket-deket gue sih? Itu di situ masih longgar, kenapa harus mepet ke gue?"

"Gue nggak mau jauh-jauh dari lo," jawab Ragas enteng.

"Lo pergi atau gue yang pindah?" tanya Ralin tajam, sorot matanya menusuk tepat di manik Ragas.

"Jangan marah-marah mulu, kita baru nikah. Nggak baik, harusnya kita senang-senang, bukan malah berantem."

Ralin mengubah posisi duduknya menghadap ke arah Ragas sepenuhnya, senyumannya tercetak sinis. "Lo pikir gue nikah sama lo karena gue suka lo gitu? Atau karena gue pengin? Enggak sama sekali! Ini semua karena salah paham. Gue nggak suka lo, gue terpaksa nikah sama lo."

"Tapi gue seneng, gue bisa deket sama lo terus. Sekarang lo istri gue, gue nggak nyesel tuh nikah sama lo. Gue ngerasa beruntung karena nikah sama orang yang gue sayang," jawab Ragas sambil tersenyum.

Ralin memutar bola matanya. "Kenapa semua ini mesti terjadi sih? Lo juga kenapa mau dijodoh-jodohkan gini? Emangnya lo nggak malu masih sekolah udah nikah, ha?"

"Ngapain harus malu kalo nikahnya sama lo? Dan ngapain juga gue harus nolak saat nyokap gue nyuruh gue nikah sama lo? Gue kan suka lo, gila banget kalo gue nolak. Jangan khawatir, gue bakal terus ada buat lo, lo kewajiban gue. Sekarang lo tangung jawab gue, lo istri gue."

How to Burn the Bad Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang