Lama nggak jumpa atau baru sebentar nih?
Siap baca chapter ini?
Hati-hati, jaga hati 🤪
Jangan lupa spam Komentar di setiap paragraf ya!
HAPPY READING 💓
Tujuh menit sebelum acara di mulai, Ragas belum juga menampakkan batang hidungnya. Sebentar lagi acara di mulai, membuat Elang bergerak gelisah."Ini gimana dong jadinya?" tanya Elang sambil berkacak pinggang.
"Duh, gue pusing banget nih. Mana Ragas belum muncul juga lagi." Saka menjawab gusar. Ia masih mencoba mengedarkan pandangannya untuk mencari Ragas.
"Gini aja deh. Akbar sama Miko ngomong ke bagian panitia. Biar gue yang nyari Dinda buat tanya soal Ragas. Saka sama Elang, lo berdua nunggu di sini aja," putus Nolan. Dan tidak ada keraguan lagi, semuanya pun mengangguk dan langsung bergerak gesit.
Nolan berbalik badan dan berlari. Ia harus menemukan Dinda secepat mungkin. Sudah tidak ada waktu lagi, dan semoga saja ia mendapatkan informasi dari adik Ragas itu. Nolan juga sangat berharap jika Akbar dan Miko berhasil meyakinkan panitia agar mereka diikutsertakan dalam pertandingan meskipun kekurangan anggota. Nolan berhenti, ia membelokkan pandangan dan menatap ke arah tribun. Karena ia yakin, Dinda pasti duduk di sana bersama teman-temannya.
Dapat!
Nolan langsung berlari menghampiri Dinda. Dan setelah sampai, ia menetralkan napas sejenak sebelum akhirnya memanggil, "Dinda!"
Dinda segera menolehkan wajahnya ke samping kiri, ia sedikit terkejut akan kehadiran teman kakaknya itu. Ia tentu saja kenal siapa Nolan, karena Ragas sering mengajak para sohibnya pergi ke rumah. "Eh kak Nolan, ada perlu ap—"
"Dinda tau kak Ragas sekarang ada di mana?" tanya Nolan, memotong ucapan Dinda. Ia sedang dikejar waktu saat ini.
"Kak Ragas?"
Nolan mengangguk cepat, tatapannya kelewat serius. Bulir keringat sudah keluar di pelipisnya.
"Tadi pagi pas Dinda berangkat sekolah kak Ragas masih ada di rumah," jawab Dinda sambil berupaya mengingat-ingat.
"Nah kok bisa? Jadi Ragas nggak berangkat gitu?"
"Dinda sih nggak tahu kak, Dinda nggak sempet nanya. Yang Dinda tahu itu motor kak Ragas disita sama papa," jawab Dinda.
Nolan menunduk sebentar sambil berpikir keras. Itu mungkin salah satu alasan kenapa Ragas belum juga memunculkan dirinya. Cowok itu sempat bercerita kepadanya apabila ia menghajar Arjun lagi. Nolan menduga itu adalah penyebab motor Ragas di sita. Pernyataan itu diperkuat oleh surat undangan yang Ragas dapatkan dari Bu Mumun agar orangtuanya datang. Nolan yakin itulah masalahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Novela Juvenil"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...