59. PERINGATAN

879 112 112
                                    

Banyak kekerasan di chapter ini, hati-hati ya. Kalo nggak kuat jangan paksa baca.

Dan Happy Reading ❤

Siapkan jantung wkwk


"Aku bakal kembali ke kamu asalkan kamu gugurin kandungan kamu sekarang."

Ucapan itu terus melayang di otak Ralin bagai kaset usang. Ia menatap Ragas sambil menggeleng tidak percaya. Matanya kembali memanas, Ralin mundur satu langkah dengan kaki bergetar. Ia tidak menyangka jika apa yang Ragas mau sungguh sulit Ralin lakukan.

Menggugurkan kandungan katanya? Mendengar kalimat tersebut, Ralin bahkan sudah merasa ngeri sendiri, apalagi harus melakukannya? Bayi yang ia kandung tidak salah apa-apa, sampai kapanpun Ralin tidak akan melakukan hal-hal gila seperti itu. Permintaan Ragas tidak akan pernah Ralin turuti.

Ralin terus melangkah mundur sambil menahan tangisnya agar tidak keluar. Sementara Ragas diam di tempat sambil menatap Ralin datar. Tidak kuasa membendung air matanya, Ralin akhirnya menangis.

"Aku nggak bisa Ragas," jawab Ralin diiringi isakan tangisnya. Ia menunduk, bibir bagian bawahnya digigit sangat keras. "aku nggak mau gugurin kandungan aku."

Ragas berjalan mendekati Ralin dengan langkah pelan. Melihat Ralin menangis entah kenapa membuat Ragas muak sekaligus kesal. Bagaimana tidak? Ralin benar-benar menolak tawarannya, padahal itu demi kebaikan cewek itu dan Ragas. Mana sudi Ragas menerima anak yang Ralin kandung sementara anak itu bukan darah dagingnya sendiri?

Setelah sampai dihadapan Ralin, Ragas merapatkan bibirnya, kilatan matanya yang berapi sudah berkobar. Sorot mata kebencian jelas terlihat pada wajah Ragas. Hingga akhirnya, Ragas mengangkat dagu Ralin agar wajah cewek itu menatap ke arahnya.

Dicengkeramnya erat dagu Ralin, membuat Ralin diserang oleh rasa takut. Tubuhnya bergetar hebat, napasnya tersendat. Tangisnya semakin pecah, dilengkapi dengan keringat dingin yang sudah keluar lewat leher dan pelipisnya. Ralin menatap Ragas takut, sementara kedua tangannya memegang tangan Ragas.

Rasa sakit sudah Ralin rasakan, ia terus terisak dengan air matanya yang semakin meleleh deras, tidak tahu kapan berhenti.

Ragas tersenyum sinis, "aku kasih kamu tawaran sekali lagi, gugurin kandungan kamu atau kamu tahu akibatnya sendiri?" ujarnya dengan aksen suara berat, membuat Ralin semakin terguncang hebat.

Ralin menggeleng kuat sambil menangis. Hal itu membuat amarah Ragas semakin tersulut. Dicengkeramnya dagu Ralin semakin kuat. Bola mata Ragas terlihat memerah.

Kembali Ralin menggeleng, dan itu menyebabkan kepulan asap keluar dari kepala Ragas. Cowok itu mengepalkan tangannya yang masih bebas. Penolakan Ralin yang mentah-mentah sungguh membuat emosinya bercampur aduk.

"Aku bilang gugurin kandungan kamu!" tegas Ragas semakin mendesak. Ia melepaskan cengkeraman tangannya, dan bersamaan dengan itu kepala Ralin terlempar ke samping. Isak tangis cewek itu semakin jelas terdengar. Bukannya kasihan, Ragas malah semakin muak. Ia benci jika omongannya tidak dituruti.

Ralin menoleh ke arah Ragas tidak percaya. Kenapa cowok itu kembali kejam seperti itu? Apa Ragas tidak punya hati menyuruhnya melakukan perbuatan dosa tersebut? Apa hati Ragas sekeras batu sampai tega kepada janin tidak bersalah yang masih Ralin kandung?

Bagaimana Ralin tidak takut sekaligus marah kepada Ragas? Jelas-jelas apa yang cowok itu mau tidak dapat dikabulkan. Lagipula, ini semua tidak seperti apa yang Ragas pikirkan. Cowok itu belum tahu yang sebenarnya. Ragas kurang mengerti dan Ragas butuh kejelasan lebih lanjut.

Ralin sempat teringat ucapan Ragas beberapa detik yang lalu ketika cowok itu mengatakan jika Ralin berhasil menggugurkan kandungannya, dirinya dan Ragas bisa hidup bahagia setelahnya. Ralin menggeleng dan tidak membenarkan ucapan itu. Ragas salah, hidupnya malah bertambah kacau apabila ia melakukan perbuatan tidak baik itu.

PLAK!

Ralin terkejut bukan main ketika tiba-tiba saja sebuah tamparan melesat ke arah pipinya. Tamparan yang begitu keras membuat pipi Ralin terasa panas. Ia langsung menatap Ragas tidak percaya. Air matanya terus berjatuhan.

"Dengerin omongan aku nggak?! Gugurin kandungan kamu secepatnya Ralin!" ujar Ragas ngotot, tidak mau dibantah. Tangannya kembali terkepal kuat sampai buku-buku jarinya memutih, rahangnya mengeras dengan gigi yang bergemeretak.

"Nggak mau!" Raung Ralin keras, menolak mentah-mentah permintaan cowok itu.

PLAK!

"Aku bilang gugurin ya gugurin! Kamu nggak denger aku ngomong apa ha? Kamu budek? Ini demi kebahagiaan kita!"

Ralin menggeleng sambil terisak keras. "Nggak mau Ragas, aku nggak ma—

PLAK!

Untuk ketiga kalinya, Ragas menampar pipi Ralin tanpa ada rasa belas kasihan sama sekali.

"Turutin kemauan aku Ralin! Aku suami kamu, jangan coba-coba bantah omongan aku kalo kamu nggak mau kena karma!"

Ralin memejamkan matanya sambil menahan ngilu yang dadanya rasakan, pipinya terasa semakin panas akibat tamparan Ragas yang beruntun ia dapatkan. Tapi, Ralin tidak mau kalah begitu saja. Ia tidak mau menuruti permintaan cowok itu apapun itu alasannya. Tidak peduli seberapa banyak dirinya menerima rasa sakit asalkan dirinya masih mampu mempertahankan kehamilannya.

Ralin semakin menggeleng keras akan bentuk tolakan permintaan Ragas tersebut. "Plis Gas, jangan kayak gini."

Ragas dibuat berang bukan main, langkahnya semakin maju mendekati Ralin. Ia benar-benar tidak mau apa yang dirinya ucapkan dibantah oleh orang lain. Ragas paling benci dengan itu.

"Masih mau bantah ucapan aku?" tanya Ragas dengan wajah yang terlihat menyeramkan. Senyuman sinisnya terukir di bibirnya, membuat Ralin dilanda ketakutan yang tiada dua.

Ralin hanya bisa menggeleng seraya terisak lirih.

"Kenapa diem? Nggak denger aku ngomong apa, ha?" Kamu nggak mau turuti kemauan aku saat ini?"

Ralin menggeleng. Bibirnya masih terkatup rapat. Ia bergeming.

"ORANG TANYA TUH DIJAWAB! JANGAN DIEM AJA BODOH!" Ragas berteriak keras, tangannya yang sudah terkepal berniat menjatuhkan tamparan kerasnya ke arah pipi Ralin.

Sementara Ralin, yang sudah menduga jika Ragas akan melakukan hal itu, langsung saja memejamkan matanya. Ralin pasrah, ia rela tubuhnya sakit asalkan ia sendiri masih bisa mempertahankan kehamilannya ini.

PLAK!


TBC

Keluarkan semua unek-unek kamu setelah baca chapter ini di sini!

Keluarkan sumpah serapah kalian wkwk

Disini Ragas ngeselin banget ya? Ralin tersiksa banget. Kira-kira mereka bakal tetap bersama atau berpisah ya?

Apa Ralin kuat menghadapi Ragas yang kayak gini terus?

Beberapa chapter menuju ending ...

Kira-kira Happy end atau Sad ya?

Kasih saran boleh?

Mau update lagi?

Kapan maunya?

Spam komentar dulu dong kek biasa hehehe

How to Burn the Bad Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang