Jujur nih, ada yang nunggu update nggak sih? Jawab ya yang masih setia nunggu 👉👈
Komentar satu emot yang mewakili perasaan kalian hari ini!
Satu kata buat cerita ini? Menarik nggak sih?😭
Apa yang membuat kamu selalu nunggu cerita ini Update?
Ayo dong komentar guys, dikencangin lagi komentar di setiap paragrafnya 😊
Chapter ini mungkin lumayan buat emosi, jadi siapkan hati dan mental ya gais 🤭
HAPPY READING 💓
Hancur, semuanya sudah hancur. Ralin kecewa kepada Ragas, sementara Ragas sendiri kecewa pada dirinya yang tidak bisa mengontrol emosinya. Bukan keinginan Ragas untuk menampar Ralin lagi. Tubuhnya saat itu disesaki oleh amarah yang membara. Ragas hanya takut, ia tidak mau Ralin sampai pacaran dengan Arjun.
Dan sekarang Ragas bertambah kesal. Ralin malah menerima pernyataan cinta dari Arjun, bahkan tepat dihadapannya. Napas Ragas kembali memburu mengingat itu semuanya. Dadanya naik turun.
"AAARRGH ..." Cowok itu mengeluarkan napas gusar dan mengacak rambutnya dengan frustasi. Giginya bergemeretak menahan kesal. Posisi Ragas saat ini berada di rooftop sekolah, tujuannya datang ke sini untuk menenangkan diri agar tidak ada yang menggangu, termasuk keempat sohibnya.
"Kenapa harus Arjun? KENAPA?!" Ragas berkata keras sambil memukul-mukul tembok dengan kepalan tangannya. Ia melakukan itu berulang kali, tidak perduli dengan tangannya yang sudah terluka, bahkan sekarang sudah mengeluarkan darah.
"Ralin! Gue suka lo!"
Cowok itu berusaha untuk bersikap tenang, tapi rasanya tidak bisa melakukan itu. Bagaimana bisa tenang jika Ralin malah pacaran dengan Arjun?
"ARJUN BAJINGAN!" umpat Ragas sembari menendang tumpukan kursi usang yang tidak jauh dari posisinya. Ragas tidak akan menyerah sampai sini. Arjun tidak boleh memiliki Ralin, hanya dirinya yang boleh. Hanya Ragas yang bisa menjadikan hak sepenuhnya atas Ralin.
"Bajingan?"
Ragas langsung saja menoleh ke belakang ketika suara orang lain menusuk gendang telinganya. Bola mata Ragas sedikit melebar karena agak terkejut. Tapi ia pandai memainkan ekspresi, jadi mudah-mudah saja jika Ragas mengubah raut wajahnya menjadi tenang. Rupanya Arjun yang datang.
Senyuman miring cowok itu terbentuk. "Ngapain lo ke sini?" tanya Ragas ketika Arjun malah diam tidak bergerak sambil terus menatap ke arahnya.
"Gue?"
"Ya siapa lagi anjing! Di sini cuma ada gue dan lo. Emangnya kalo nggak ngomong sama lo, sama siapa lagi? Setan gitu?" Ragas melipat kedua tangannya di depan dada. Cowok itu kemudian menyandarkan tubuhnya di tembok. Tatapan sinis ia layangkan untuk Arjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Teen Fiction"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...