Nah karena target udah terpenuhi jadi aku update deh. Yuhuu ...
Langsung komentar disetiap paragraf agar lebih greget gais, dan makin banyak komentar bakal lebih cepat buat lanjut. JADI KOMENTAR SEBANYAK-BANYAKNYA KALO PENGIN BACA LANJUTANNYA 💓
HAPPY READING TEMAN-TEMAN
10. Amarah Meletup
Akhirnya, apa yang Ragas mau saat ini terkabulkan juga. Ralin, yang awalnya ia tidak yakin apakah cewek itu berhasil membujuk Bu Mumun, malah melakukan hal yang Ragas bisa mengacungi jempolnya. Entah apapun itu cara yang cewek itu lakukan, tapi Ragas bodo amat. Ia sungguh senang akhirnya ia tidak jadi di Drop out.
Awalnya memang ragu ketika Ralin mengatakan kalimat itu. Tapi kayaknya tidak mungkin, kalau cewek itu mau berbohong, sudah pasti ia akan pikir dua kali, mengingat Ragas bisa melakukan apa saja.
Namun, tiba-tiba senyuman manis Ragas memudar, digantikan oleh raut wajah rumit ketika ingatannya di tampar oleh sebuah syarat. Iya ada syaratnya, Rupanya Ragas tidak bisa benar-benar lolos untuk tetap bersekolah di sana.
Ralin kata, selama satu Minggu, tepatnya sepulang sekolah, Ragas harus membersihkan toilet guru. Sial, kalau gitu caranya, Ragas jadi tidak bisa pulang sekolah cepat seperti teman-temannya yang lain. Satu lagi, Ragas juga tidak boleh berbuat onar, apapun itu masalahnya. Syarat terakhir itu belum tentu Ragas bisa menepati karena sadar jika tidak mungkin ia bisa.
Lamunan Ragas terbelah ketika pintu kamarnya di ketuk, cowok itu menoleh ke sumber suara sebelum akhirnya ia berniat membuka pintu tersebut.
"Iya sabar," ucap Ragas agak kesal karena ketukan lebih keras kini menyumpal di telinganya.
Dan, ketika pintu benar-benar sudah terkuak lebar, hal pertama yang Ragas dapatkan adalah pelukan tiba-tiba dari Dinda, adiknya. Ragas yang sebelumnya belum siap, akhirnya sedikit terkejut, bahkan ia mundur beberapa langkah.
Sambil mengusap puncak kepala Dinda yang masih menangis dalam dekapannya. Ragas berusaha bertanya baik-baik mengapa adiknya itu tiba-tiba seperti ini.
"Dinda, kamu kenapa nangis gini?" tanya Ragas lembut. Ragas memang benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat jika sudah menyangkut keluarga. Dari Ragas yang awalnya mudah emosi, pendendam, dan tampak menyeramkan. Kini Ragas dengan sifat itu seolah lenyap begitu saja, digantikan dengan seorang Ragas yang benar-benar penyayang.
Dinda menjauhkan sedikit kepalanya dari dada bidang Ragas, kemudian ia mengusap kasar pipinya yang penuh air mata. Detik berikutnya, Dinda mendongak dan menatap bola mata Ragas. Meskipun mencoba agar tidak mengeluarkan air mata lagi, tapi percuma. Hatinya masih merasa sakit, dan alhasil tangis Dinda pecah lagi.
"Kak ..."
Ragas menatap Dinda sendu, ia buru-buru menangkup wajah mungil adiknya yang umurnya hanya terpaut satu tahun dari Ragas. Dengan kedua ibu jarinya, Ragas mengusap cairan bening yang mengalir deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Teen Fiction"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...