22. RAGAS KESAL

1.7K 190 108
                                    

Baru tiga hari ini nggak ketemu cerita ini, ada yang kangen baca nggak?

Kalo lupa sama chapter sebelumnya jangan lupa baca ulang ya :)

Siapa yang siap baca nih?

Komentar satu emot dulu yuk di sini 👉

Jangan lupa Komentar disetiap paragraf ya karena aku seneng banget gitu baca-baca komentar dari kalian. Terimakasih 💓

Happy Reading 💓

22. Ragas Kesal

Entah apa yang membawa Ragas menuju ke kelas Ralin sedetik setelah bel istirahat berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah apa yang membawa Ragas menuju ke kelas Ralin sedetik setelah bel istirahat berbunyi. Padahal, Bu Jumiati belum keluar kelas. Tapi cowok itu tidak mau ambil pusing, ia menerobos tanpa peduli jika nantinya ia dihukum karena berlaku tidak sopan seperti itu.

Ragas berjalan cepat dengan langkah yang ia ambil secara panjang-panjang. Sebelum Ralin keluar dari kelasnya, Ragas harus sudah sampai di sana. Padahal saat ini, cowok itu belum punya alasan yang pasti kenapa ia mau pergi ke kelas Ralin. Ragas memilih bersikap bodo amat, ia bisa mencari alasan secara mendadak jika Ralin bertanya kenapa dirinya mencari cewek itu.

Diantara derap kaki panjangnya, tiba-tiba saja penglihatan Ragas tidak sengaja menangkap Arjun yang tengah membawa buku paket. Ragas berjalan mendekat ke arah Arjun. Saat ini musuhnya adalah cowok itu, Arjun menyukai Ralin, dan Ragas bertekad agar mereka tidak pacaran.

Meskipun tahu saat ini tujuan Arjun pasti akan ke perpustakaan, tapi Ragas perlu basa-basi untuk memulai pembicaraan. "Lo mau ke mana Jun?"

Arjun, yang sedang fokus pada jalanan langsung saja terkejut. Ia melirik ke samping, dan ketika yang ia temukan adalah Ragas, Arjun sedikit menghindar, karena ia tahu satu hal. Ragas begitu berbahaya. Segala hal cowok itu bisa lakukan untuk mencari sebuah masalah.

"Kenapa diem lo Jun? Takut lo sama gue?" Ragas tersenyum remeh. Memperhatikan Arjun yang betah mengunci mulut, tidak salah jika Ragas berasumsi seperti itu.

"Gue mau ke perpus."

"Habis itu?"

"Maksud lo?" Arjun menatap Ragas bingung, butuh sebuah jawaban yang lebih spesifikasi.

Ragas berdecak jengkel. "Habis dari perpus lo mau ngapain gitu."

"Kenapa tiba-tiba lo tanya itu?" balas Arjun lagi.

"Lo tinggal jawab aja apa susahnya? Jangan bikin gue marah dan tikam lo lagi. Gue gampang emosi kalo lo mau tahu," ujar Ragas yang sudah mulai kesal. Bibit-bibit emosi perlahan sudah mulai tumbuh.

"Habis dari perpus?" Arjun berhenti sejenak, ia berpikir beberapa saat, sampai akhirnya ia menjawab. "Gue ke kelas Ralin kayaknya. Ada hal yang mau mau gue tagih sama dia."

How to Burn the Bad Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang