03. HUKUMAN

8.5K 503 103
                                    

03. Hukuman

"Gue nggak bohong, beneran deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue nggak bohong, beneran deh. Tadi kata Jenar Ralin lagi di UKS, lagi pendarahan," ujar Dara ngotot sambil menatap Fika dan Kana secara bergantian. Ini adalah untuk kali kedua Dara meyakinkan kepada kedua sahabatnya itu bahwa ia tidak berbohong.

Menghela napas jengah, akhirnya Fika merespons meskipun sebenarnya malas. "Iya Dara, kita percaya sama lo kalo Ralin ada di UKS, tapi kita nggak percaya penyebab Ralin ada di sana. Ya kali Ralin pendarahan, dikira dia mau lahiran?" Sedikit melotot, Fika pun memutar bola matanya malas.

"Ya udah ayo kita ke sana, kasihan Ralin sendirian," jawab Dara.

"Dara, ini kita emang lagi jalan mau nyusul Ralin ke UKS. Otak lo sekali-kali pake dong, kadang gue males nanggepin omongan lo. Tapi kalo gue diem, kadang gue nggak tega," ujar Kana pula, diakhir helaan napas panjang.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di UKS. Akhirnya Dara, Fika, dan Kana mengerumuni Ralin yang sedang duduk di brankar. Ralin yang terkejut karena kedatangan ketiga sahabatnya, lantas memandangi mereka dengan raut wajah bingung.

"Kalian bertiga mau ngapain di sini?"

"Mau lihat lo pendarahan Lin, mana yang berdarah-darah?" tanya Dara antusias. Di perhatikannya tubuh Ralin dengan teliti, mengecek ini itu, sampai akhirnya Dara menutup mulutnya dengan telapak tangan, matanya melotot karena terkejut. Ekspresi Dara yang terkesan alay itu membuat siapa saja kesal kala melihatnya. "Oh jadi siku lo yang pendarahan. Astaga, sakit nggak Lin?"

Ralin meringis kecil melihat tingkah Dara. "Iya, sedikit," jawabnya.

Seolah paham, Dara mengangguk paham. Kepalanya kemudian berbelok, memandang ke arah Fika dan Kana secara bergantian. "Nah sekarang kalian percaya, kan, kalo Ralin pendarahan. Lihat tuh sikunya di plester gitu."

Berusaha untuk tetap sabar menghadapi Dara, Kana pun mengangguk seraya memaksakan senyuman. "Iya, terserah lo. Yang penting lo seneng."

Walaupun rasanya ingin memaki Dara saking gemasnya, Fika memilih untuk memendamnya. Ia hanya bisa menggertakkan giginya. Gimana tidak kesal coba? Siku lecet di bilang pendarahan. Tidak mau berurusan dengan Dara dan tetek bengeknya, Fika pun mengalihkan pandangannya menuju Ralin.

"Lo kenapa bisa kayak gini? Gue kenal lo Lin, dan lo bukan orang yang ceroboh sampai bisa terluka kayak gitu."

Mendengar ucapan Fika, seketika saja Ralin menunduk. Ingatannya terlempar pada kejadian tadi pagi. Cowok kejam bernama Ragas itu sudah memancing amarahnya.

* * *

Bukan hanya Ragas, rupanya Arjun juga ikut terseret ke ruangan persidangan tempat para murid-murid nakal susah di atur. Meskipun kesal karena aksi pukul tadi kepergok Bu Mumun, tapi Ragas sedikit bahagia karena bukan dirinya saja yang di amuk. Arjun pasti juga sama.

How to Burn the Bad Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang