06. Terjerat Masalah
Di hadapan cermin kamarnya, Ralin memperhatikan pipinya yang masih saja terasa perih. Tamparan keras Ragas masih berbekas, menyisakan rasa sakit yang tiada dua. Meringis ngilu, Ralin kemudian beranjak menuju kasurnya. Memang malam sudah menjemput, tapi rasa kantuk belum kunjung datang, membuat Ralin kesal.
Pikirannya entah mengapa malah terpusat ke arah Ragas. Sebelum pertemuan kurang menyenangkan dengan cowok itu, yang Ralin tahu seorang Ragas Sadewa Nugroho adalah cowok populer di sekolahnya. Ralin waktu itu hanya sekadar tahu karena teman-temannya banyak yang mengidolakan cowok sialan itu, bahkan Ragas seringkali menjadi tempat halu para cewek-cewek.
Dan, setelah kenal satu hari. Harus digarisbawahi, Ralin langsung menyimpulkan bahwa otak teman-temannya sudah stress. Apa yang harus disukai dari seorang Ragas? Pintar kayaknya enggak, rajin juga enggak, penampilannya juga jauh dari kata rapi. Dan satu lagi, sifat cowok itu yang kelewat sadis, membuat Ralin muak. Dan lihat? Tidak ada hal yang istimewa dari cowok satu ini. Soal wajah? Ralin berpikir sejenak, membayangkan bagaimana tampang cowok itu. Oke sudah, dari segi wajah memang Ragas lumayan cakep. Hanya sedikit, tidak lebih. Jadi kesimpulan yang bisa Ralin tarik, cowok itu tidak ada harga dirinya di matanya!
Ngomong-ngomong soal Ragas, Ralin jadi kepikiran sendiri. Ia tiba-tiba disesaki oleh pikiran bercabang. Soal ucapan cowok itu di rooftop sekolah tadi siang.
"Jadi gara-gara gue tuh cowok di drop out?" tanya Ralin pada dirinya seraya menunjuk dadanya. Ralin menggeleng pelan, kemudian ia menyeletuk kesal. "kok jadi gue yang kena? Dia yang salah, ngapain juga berantem? Untung aja gue nggak ngomong kalo gue di tampar. Emang sialan tuh cowok."
Dengan bibir yang sudah membentuk garis lurus, Ralin memukul permukaan kasur beberapa kali. "Ish ngeselin banget tuh cowok! Terus gue harus ngapain dong?"
Masalahnya, Ralin takut kejadian lebih buruk malah kembali ia dapatkan dari Ragas. Belum apa-apa, cowok itu bahkan sudah berani menamparnya sebanyak tiga kali! Gimana seterusnya? Bisa habis tubuh Ralin ini.
Detik itu juga, Ralin rasanya pengin guyur tubuh Ragas dengan bensin, kemudian mulai membakar cowok itu. Benar-benar menyebalkan!
* * *
"Ha? Serius lo Lin? Ragas ngancem lo kayak gitu?" tanya Kana penasaran lengkap dengan bola mata lebarnya, disusul anggukan setuju dari Dara dan Fika.
Menghela napas pendek, Ralin mengangguk. "Iya bener, ya kali gue bohong sama kalian."
Mendengar itu, ketiga sahabat Ralin saling berpandangan. Dara meringis, Fika menyerngitkan kening, sementara Kana menggigit bibir. Melihat ekspresi mereka membuat Ralin sedikit terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Fiksi Remaja"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...