21. WHAT?!

1.4K 186 164
                                    

Yeahh ... Akhirnya update!

Kangen nggak nih sama kegilaan dan kekejaman Ragas? Atau kangen authornya wkwk

Yang udah siap baca bilang hadir dulu dong!

Jam berapa kalian baca?

Jangan lupa penuhi komentar di setiap paragraf 🥰

Langsung baca yuk!

Langsung baca yuk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading 💓

Tidak seperti malam-malam sebelumnya, malam ini Ralin tidak bisa memejamkan matanya sama sekali untuk hanyut ke dalam mimpi indahnya. Ia tidak bisa tidur, beberapa kali Ralin mengubah posisi tidurnya. Miring ke kanan, miring ke kiri, tengkurap, bahkan telentang. Hingga akhirnya Ralin frustasi sendiri. Cewek itu pun memilih untuk duduk. Diambilnya air putih yang berada di nakas samping kasurnya. Ralin harap, setelah ini ia bisa tidur karena besok ia harus sekolah.

Ingatan Ralin entah kenapa tba-tiba saja langsung terlontar pada kejadian kemarin. Ia merasa lemah dihadapan Ragas. Emosinya waktu itu sungguh terbakar. Ralin benci dengan cowok kejam. Sudah tidak terkira berapa kali Ralin kena tamparan Ragas.

Sedikit memberikan pelajaran pada cowok itu Ralin rasa tidak cukup merugikan. Ragas harus tahu apa yang dirasakan oleh orang lain sewaktu ia memainkan tangannya. Dan detik berikutnya, bola mata Ralin melebar ketika ia mengingat kalimat Ragas di taman sebelum dirinya pergi menjauh.

RALIN, GUE SUKA LO

Ralin langsing menutup telinganya rapat-rapat. Ia menggeleng cepat, matanya sudah terpejam. Nggak, nggak mungkin! Gue pasti salah denger! Ragas nggak mungkin suka gue

Geram karena ucapan Ragas malah terngiang terus dikepalanya, Ralin mencak-mencak sendiri di kasur. Ia tidak mau hal ini sampai terjadi, Ralin tidak mau kalau Arjun bakal celaka. Kekesalan Ralin semakin menjadi ketika mengingat perkataan Ragas yang tidak suka dirinya berdekatan dengan Arjun. Maksudnya apaan?

* * *

Ralin sudah siap dengan motor matic berwarna putih miliknya. Ia menatap wajahnya di spion motor, lalu mengenakan helm. Ia sudah siap berangkat sekolah. Namun, sebelum melesat pergi, suara mamanya terdengar dari dalam. Ralin yang sudah duduk di atas motor tepaksa menoleh, dan mendapati mamanya berlari tergopoh-gopoh ke arahnya.

"Ada apa ma?" tanya Ralin.

"Uang saku kamu ketinggalan nih di atas meja," jawab Erna seraya menyerahkan uang kertas kepada Ralin.

Menyambutnya dengan baik, Ralin tersenyum manis. "Makasih ma, untung mama lihat. Ralin kelupaan hehe..." ujarnya sambil terkekeh.

"Ya udah berangkat sana. Nggak usah ngebut," pesan Erna.

"Oke ma, Ralin berangkat dulu. Dadah ..." Setelah itu, dengan motor putih milikinya, Ralin keluar dari rumahnya, menyambut udara pagi yang sejuk.

How to Burn the Bad Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang