Belakang ini aku updatenya cepet banget, aku ngerasa kayak ini terlalu ceper nggak sih? Atau emang aku lagi mood banget. Sumpah sih entah kenapa lagi pengin nulis terus :)
Semoga mood-nya terus kayak gini deh, doain ya!
Hati-hati baca chapter ini, kalian pasti terkejut mengenai sesuatu. Selamat membaca 💓
Peristiwa di kantin tadi pagi menyebabkan Ralin tidak konsen mengikut pelajaran. Yang menggelayuti pikirannya hanya seorang Ragas yang tertawa lepas. Ralin berusaha mengenyahkan pikiran itu dari dalam tempurung kepalanya, tapi ia gagal, ia tidak bisa. Dan, sewaktu istirahat dan ia berduaan dengan Arjun di kantin, bayang-bayang Ragas masih memenuhi otaknya.Sial! Ragas sungguh sulit dilupakan.
"Ralin, lo kenapa ngelamun terus?" ujar Arjun.
"Eh?" Ralin terhenyak dan mengerjapkan matanya. Ia menatap ke arah depan, tepatnya ke wajah Arjun. Rajin nyengir seraya menggeleng. "Enggak kok."
"Mikirin soal gue, ya?" Arjun tersenyum jail sembari menaikturunkan alisnya. Membuat Ralin langsung menyubit lengan cowok itu dengan bibir mencebik.
"Nggak usah kepedean," ucap Ralin sinis.
"Ah pake malu-malu segala lagi, jujur aja napa. Sama pacar sendiri padahal."
"Tuh kan nyebelin, lama-lama lo jadi kayak Ragas."
"Oh ya, ngomong-ngomong soal Ragas, tadi pagi lo udah ketemu dia?" tanya Arjun setelah ia menyeruput jus jeruknya. Ia menatap Ralin dalam.
Ralin terdiam beberapa saat sambil berpikir. Tadi pagi ia memang ketemu sama Ragas, tapi kok?
Tenggorakan Ralin tercekat sesaat setelah ia membentuk bola matanya dengan lebar. Ia menatap Arjun dengan perasaan yang mulai takut. Dadanya berdebar, ia merasa seperti seseorang yang ketahuan selingkuh oleh pacarnya.
"Lo kok tahu Jun? Lo lihat gue? Lo jangan salah paham dulu. Tadi pagi gue nggak bermaksud apa-apa kok. Ragas yang maksa gue ikut, gue nggak bisa nolak karena takut kalo dia buat macem-macem sama gue. Sumpah Jun, lo harus percaya sama gue."
Ralin berkata dengan cepat, ia menarik napas panjang dengan lama, lalu menghembuskan napasnya lewat mulut. Beberapa detik hening, Arjun tidak merespons, dan Ralin semakin takut jika Arjun marah kepadanya.
"Jun, lo marah sama gue?" Oke, Ralin rasa ini bukan pertanyaan yang tepat. Ia sebenarnya tahu bahwa Arjun pasti emosi melihat dirinya berduaan dengan cowok lain, apalagi di tempat taman yang sepi.
Beberapa saat kemudian Arjun justru malah ngakak meskipun suaranya tidak kencang, membuat Ralin melongo karena itu. Mulut Ralin bahkan setengah terbuka, ia bingung sekaligus pusing dengan ini semua. Kenapa Arjun malah tertawa, bukannya seharusnya cowok itu marah kepadanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Teen Fiction"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...