CHAPTER ENDING CERITA HOW TO BURN THE BAD BOY
HAPPY READING 💓
Memang benar, waktu bergulir sangat cepat tanpa kita sadari. Waktu yang memberikan kita semua kenangan, harapan, dan mimpi. Waktu akan terus berjalan tanpa bisa kita cegah.
Hal itu sekaranglah yang Ralin dan Ragas rasakan. Entah kenapa, mereka merasa baru kemarin jika mereka menjalin sebuah status pernikahan yang jika dilihat dari sudut pandang Ralin, pernikahan tersebut tidak berjalan sesuai apa yang ia inginkan. Tentu saja, waktu itu ia sedang kesal-kesalnya dengan Ragas, mana sudi pula ia harus menikah dengan cowok itu. Lagi pula, Ralin merasa jika pernikahannya ini terjadi sangat konyol. Bagaiman tidak? Ia menikah hanya karena insiden rumor ciuman sama Ragas dulu di aula sekolah, padahal Ralin tidak melakukan hal itu.
Dulu memang Ralin sangat menyesal dengan sebuah fakta terebut, fakta yang selalu membuatnya terus memikirkannya. Namun, sekarang justru Ralin ingin berterima kasih dan merasa beruntung jika dirinya menikah dengan Ragas.
Tidak terasa memang jika sekarang Ralin sudah menjadi ibu dari seorang anak.
Sejak kejadian kesalahpahaman tentang anak yang Ralin kandung dulu, sifat Ragas memang berubah total. Cowok itu bertambah baik, berwibawa, sangat pengertian, dan tentunya menjadi suami paling protektif semenjak Ralin hamil. Setiap malam Ragas juga mengelus perutnya, kadang juga mengajak berbicara buah hati tercintanya yang masih di dalam kandungan.
Tidak lupa, Ragas juga sudah meminta maaf dengan Lathan berserta ibunya karena perbuatan dirinya. Bukan cuma itu, Ragas juga melakukan hal yang sama kepada teman-temamnya karena sudah bertindak gegabah dan egois. Satu lagi yang paling penting dan tidak akan Ragas lupakan. Ia memohon agar perbuatannnya dapat dimaafkan oleh papa dan mama mertuanya. Awalnya mereka semua menolak karena tindakan Ragas benar-benar sangat merugikan Ralin. Tapi, mendengar permintaan maaf setiap hari dari Ragas yang sepertinya tidak kenal lelah, membuat kedua orang tua Ralin tersebut tidak tega dan langsung luluh memaafkan Ragas. Lagipula, mereka juga melihat dari sorot mata Ragas jika Ragas benar-benar serius melakukan itu. Belum lagi pernyataan itu diperkuat oleh Ralin dan Ragas yang saling mencintai.
Benar, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya jika kita berusaha mencarinya dan tidak berdiam diri di tempat. Dan Ragas sudah melalui itu semua.
"Bunda, ayah, Rara mau tanya sesuatu."
Pertanyaan dari bibir kecil seorang anak perempuan berhasil membuat Ragas pulih dari lamunannya. Ia tergelak kecil, lalu menunduk dan tersenyum kepada bocah perempuan tersebut yang rambutnya di kuncir ekor kuda. Ragas pun mengusap pelan puncak kepala bocah tersebut.
"Rara mau tanya apa hm?" tanya Ragas balik. Ia sedikit melirik Ralin yang duduk di samping kiri bocah tersebut. Posisi mereka saat ini sedang duduk di bangku taman, menikmati sore hari yang tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Teen Fiction"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...