18. EMOSI YANG MEMBARA

1.8K 165 191
                                    

Semangat aku naik lagi waktu baca komentar dari kalian. Makasih banyak ya yang udah dukung dan berkomentar di setiap chapter. Yang belum semoga hatinya bisa tergerak!

Absen nggak boleh lupa

1. Komentar halo/hai di sini 👉

2. Gimana perasaan kalian lihat cerita ini Update?

3. Tipe cowok kalian itu yang kayak gimana nih?

— Dingin, cuek, manusia es

— Romantis bangetttt

—Humoris, humble, enjoy,

—isi sendiri

JANGAN LUPA KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF YA BIAR AKU SENENG :)

JANGAN LUPA KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF YA BIAR AKU SENENG :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

18. EMOSI YANG MEMBARA

Ragas memukul meja dengan sangat brutal sekembalinya ia dari ruang konseling. Raut muka cowok itu kian bertambah rumit ketika mengingat apa yang Bu Mumun katakan tentang dirinya. Rahang Ragas masih mengatup rapat, irama napasnya memburu kencang lengkap dengan gigi yang bergemeretak. Sekali lagi, Ragas mengepalkan tangannya dan memukul meja.

Ragas begitu emosi saat ini. "BANGSAT!" umpatnya keras, ia tidak peduli dengan teman kelasnya yang sudah memandang aneh dan penuh takut ke arahnya.

Bukan hanya teman kelasnya saja, sohib sepermainan Ragas juga menampilkan ekspresi yang sama. Gurat bingung tergambar jelas di wajah mereka masing-masing. Memang beberapa menit yang lalu mereka tahu jika Ragas di panggil Bu Mumun lewat pengeras suara sekolah. Tapi jika ditanya tentang inti masalah mengapa Ragas bisa dipanggil, mereka jelas tidak tahu.

Saka memandangi Nolan sembari memberikan sebuah isyarat agar segera bertanya kepada Ragas, tapi dengan cepat Nolan menolaknya.

Menghela napas jengah, Saka pun akhirnya buka suara. "Gas, tenangin diri lo dulu. Jangan emosi gini. Nggak enak sama yang lain, lo mending cerita ke kita sekarang."

"Betul Gas apa kata Saka, lo harus kontrol emosi lo. Habis itu lebih baik lo cerita ke kita. Kalo butuh bantuan, lo tinggal bilang aja biar kita cari jalan keluarnya bareng-bareng," ujar Nolan sembari menepuk pundak Ragas berulang kali, bermaksud untuk memanjangkan sahabatnya yang kepalanya masih dipenuhi dengan gumpalan emosi.

"Gas, masalah nggak bakal selesai kalo lo pakai cara emosi gini. Gue bakal bantuin lo apapun masalah lo. Dan gue harap lo bisa cerita sekarang juga," timpal Miko pula dengan pandangan serius menatap Ragas. Bahkan Miko yang notabenenya cowok yang irit ngomong dan suka cuek dengan keadaan sekitar, kini juga menunjukkan sisi yang lainnya.

"Kalo lo cerita sama kita, gue bakal bantuin lo mainin candy crush level 559 yang susahnya minta ampun itu. Gimana? Baik banget, kan, gue?" celetuk Elang sambil nyengir.

How to Burn the Bad Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang