Selamat datang teman-teman!
Komentar hadir dulu yang udah mulai baca
Jam berapa baca cerita ini?
Kangen nggak sama cerita ini?
Komentar disetiap paragraf ya jangan lupa. Beberapa chapter belakangan ini komentar kalian menurun, tingkatkan lagi dong teman-teman biar seru hehe. Konflik bentar lagi juga mulai bermunculan
26. Jawaban RalinEnggak, gue nggak boleh baper sama Ragas. Gue jangan sampai suka sama tuh cowok! Ralin berkata dalam hati sambil memejamkan mata. Ia memukul kepalanya berulang kali, menekankan pada hatinya agar tidak jatuh cinta kepada Ragas. Ingat Ralin, Ragas itu udah nyiksa lo. Dia cowok kejam, lo nggak boleh suka, titik!
Ralin menggeram frustrasi, pikirannya tidak bisa fokus. Karena kejadian kemarin sore di halte depan sekolah itu, Ralin jadi kepikiran soal Ragas. Bayang-bayang cowok itu selalu menyita perhatian.
"Ralin, lo kenapa sih?" Dara mengguncangkan baru Ralin agak keras. Ia bingung sendiri, sedari tadi Ralin tidak menyahut panggilannya. Justru yang Dara lihat, sahabatnya ini malah mendesis kesal.
Ralin mendesah panjang sebelum akhirnya menoleh ke samping. Ia tersenyum kecil, senyum yang sebenarnya ia paksa melakukannya. "Eh Dara, kenapa?"
"Justru seharusnya gue yang tanya elo kenapa. Gue panggil-panggil dari tadi tahu!" balas Dara sambil mengerucutkan bibirnya sebal.
Ralin nyengir sambil memutar otaknya, mencari dan merangkai kalimat yang pas untuk membalas ucapan Dara. "Gue lagi bingung."
"Kenapa? Cerita dong sama gue, siapa tahu gue bisa bantuin lo gitu," ujar Dara, menawarkan diri.
Ralin menggeleng cepat, "nggak usah deh. Takut ngrepotin lo."
"Ya ampun Ralin. Lo itu sahabat gue, nggak ngrepotin lah. Kalo mau cerita ya tinggal cerita aja, santai dong sama gue. Emang gue orang lain gitu," balas Dara. Ia mendekatkan tubuhnya ke arah Ralin, kemudian merangkul sahabatnya itu dari samping. Senyumannya yang lebar menghiasi wajahnya.
"Nggak deh," jawab Ralin sembari nyengir lebar.
Dara langsung mendecakkan lidah. "Ya Ralin, gue kan kepo juga lo lagi mikirin apaan. Dari tadi gue perhatiin lo kayaknya bad mood gitu. Gara-gara siapa? Ragas? Atau mungkin Arjun? APA?! ARJUN? NGGAK MUNGKIN ARJUN, KAN?!"
Ralin melotot lebar, sementara Dara segera menutup mulutnya karena sudah berkoar. Ralin menahan napas sembari menepuk jidatnya. Ralin memberikan Dara sorot mata tajam selagi Dara memukul-mukul bibirnya yang sudah ngomong asal ceplos.
Tindakan Dara itu membuat teman kelasnya langsung menoleh ke arah bangku mereka. Padahal sekarang sedang berlangsung pelajaran. Otomatis guru yang sedang mengajar juga ikut menatap mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Teen Fiction"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...