32. MENDEKATI

1K 127 26
                                    

Katakanlah ini sebuah bonus buat kalian sebagai readers yang selaku nunggu update cerita ini. Aku lagi mood nulis, jadi updatenya cepet banget.

Tadinya mikir buat Update hari Rabu aja sesuai jadwal update yang susah ditentukan. Tapi, kayaknya lebih cepat lebih baik deh.

Siapa yang seneng karena up-nya cepet?

Langsung aja yak, komentar dan vote nya jangan kelupaan. Terima kasih dan Happy Reading 💓

Meskipun banyak yang kecewa karena acara Gelar Karya Siswa sudah selesai dan pastinya kelas akan normal seperti biasa, yaitu penuh dengan tugas dan ulangan harian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun banyak yang kecewa karena acara Gelar Karya Siswa sudah selesai dan pastinya kelas akan normal seperti biasa, yaitu penuh dengan tugas dan ulangan harian. Tapi bukan berarti juga anggota OSIS sudah terbebas dari acara ini. Mereka kembali disibukkan dengan berbagai macam kegiatan, salah satunya yang paling utama adalah membereskan tempat agar rapi seperti semula.

Ralin, cewek itu juga kerap bolak balik masuk ke dalam ruang OSIS, mengambil dan membawa kardus berukuran besar dan memindahkannya ke ruang kesiswaan. Seperti saat ini, ia berdiri dan menghembuskan napas lelah.

Menyeka keringat yang turun deras dari pelipisnya, Ralin pun kembali membawa kardus terakhir. Ia berjalan pelan karena tenaganya sudah mulai habis, apalagi jarak dari ruang OSIS menuju ke ruang kesiswaan cukup jauh, dan pastinya memakan waktu yang tidak sedikit.

Ditengah perjalanan, kaki Ralin mendadak saja berhenti ketika netranya terbelalak karena dari arah depan ia melihat Ragas. Terlihat cowok itu berjalan ke arahnya dengan tangan yang masuk ke dalam saku.

Mengatur napasnya, Ralin mencoba dan menekankan pada dirinya untuk bersikap seperti biasa. Ia tidak akan cari ribut, kecuali jika Ragas memulai dan mencari gara-gara terlebih dahulu. Ralin menggeleng dan berniat melanjutkan langkah.

"Ketemu lo mulu perasaan, yakin kalo lo bukan jodoh gue?"

Derap langkah kaki Ralin terjeda lagi, ia menoleh ke samping di mana Ragas berdiri dengan senyuman sinisnya. Membuat Ralin mendengus dan rasanya ingin melempar cowok itu ke parit sekarang juga.

Ralin melayangkan sorot mata tajam, kemudian tanpa membalas ucapan cowok itu, ia pergi berlalu. Lebih baik menghindar daripada mencari masalah baru.

"Mau bawa ke mana tuh kardus di tangan lo?"

Masih dengan pemilik suara yang sama, Ralin berhenti lagi dan memutar tubuhnya menghadap Ragas. "Nggak usah ikutin gue, pergi lo sana!"

"Kalo gue nggak mau?"

"Gue maksa," jawab Ralin cepat.

"Lo kayaknya kecapean gitu, mau gue bantuin?" Ragas menawarkan diri.

Sambil melotot lebar, ralin berkata serius dan memberikan Ragas sebuah ancaman. "Nggak usah sok baik deh. Lo minggat atau gue teriak kenceng kalo lo udah buat macam-macam sama gue!"

How to Burn the Bad Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang