*05. One Step Closer*

297K 18.7K 3.2K
                                    

Ada yang nungguin? Klik VOTES dulu, yok.

"Lo di mana, sih, Kill? Suara lo kayak orang habis nangis," cibir Raden kesal menunggu Killa di gang rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo di mana, sih, Kill? Suara lo kayak orang habis nangis," cibir Raden kesal menunggu Killa di gang rumahnya. Ada kurang lebih lima belas menit Raden duduk di atas jok motornya itu dan Killa belum juga muncul. Padahal biasanya jikalau Raden sudah mengabari ada di gang rumahnya, pasti lima menit kemudian Killa sudah muncul. Ada yang aneh, rumah sederhana milik Killa itu terlihat sepi sekali. "Gue masuk ke rumah lo, ya."

"Nggak usah! Jangan pernah berani-beraninya lo masuk ke sana," kata Killa memperingati. "Gue udah nggak tinggal di situ."

"Hah?! Keluarga lo pindah? Ke mana? Lo masuk sekolah nggak hari ini? Jangan bilang lo pindah sekolah karena ini? Killa, jawab gue!" runtutan pertanyaan dari Raden tersebut makin membuat kepala Killa pening. Bertubi-tubi pertanyaan Raden lontarkan untuknya, tapi ia tidak memberi Killa waktu untuk menjawab. "Killa, lo nggak papa 'kan? Lo ada masalah apa, sih? Kenapa, sih, lo tuh keras kepala banget? Jiangkrek!"

"Astaga, Raden! Mulut lo itu emang laknat!" Killa mengusap-usap hidungnya sebentar lalu kembali memegangi perutnya yang panas. Belum sarapan. "Ingetin ke gue nanti harus nyumpal mulut lo itu pake kaus kaki basah."

"Ck, kejam amat lo sama gue. Jadi, gimana ini? Gue udah berangkat pagi buta biar bisa cepet ketemu elo, eh malah kayak gini."

Killa membiarkan Raden berbicara sendiri di telepon, ia mengingat tali sepatunya lalu mengunci pintu rumah. "Em, lo bisa tolong jemput gue di...."

Goblok! Gue nggak tahu ini daerah mana. Kompleks apa?

"Di mana? Gue selalu siap meluncur."

"Lo tahu rumah makan yang biasanya kita ke sana," kata Killa. "Setelah rumah makan itu 'kan ada kompleks perumahan. Nah di sit-"

"Jangan bilang lo tinggal di rumah kosong nomo 33?" tebak Raden dengan banyak kernyitan di kening.

"Kok lo bisa tahu?"

"Oke, gue ke sana. Tunggu!"

Raden sedikit banyak tahu gambaran kompleks perumahan yang Killa maksud itu. Kan, dia sering sekali main ke sana. Tempat itu tidak asing lagi bagi Raden.

Di depan rumahnya, Killa mondar-mandir menunggu jemputan dari Raden. Ia tidak punya uang sepersen pun. Pagi ini pun ia belum sarapan selain minum air hangat. Ya, percuma ada kompor dan gas. Toh, tidak ada bahan masakan yang bisa dimasak. Adanya hanya air yang bisa direbus. Jadilah Killa minum air hangat sebanyak-banyaknya hari ini.

Ayahnya Killa pergi ke mana? Pergi entah ke mana, semalaman tidak pulang setelah Killa meneriakkan kalimat tidak pantas itu pada beliau.

BarraKillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang