*51. Diusir*

158K 16.4K 2.7K
                                    

Malam Minggu kalian ngapain aja, nih?

"Dua hari lagi lo operasi."

"Iya, Barra."

"Santai aja. Mode kalem. Jangan terlalu dipikirin."

"Kayaknya malah kamu deh yang mikirin itu terus," ujar Killa sambil senyum malu-malu.

Killa tidak takut kah dengan operasinya itu? Barra bertanya-tanya dalam hati.

Killa bersikap biasa saja karena memang ia ingin menjalani operasi itu tanpa berharap apa pun. Hasil operasinya nanti- berhasil atau pun tidak, semua Killa serahkan pada Tuhan.

Barra sendiri gigit jari. Memikirkan hal yang tidak-tidak. Ia sendiri yang ketakutan seakan-akan dirinya lah yang melakukan operasi itu. Bahkan, Barra sampai tidak fokus belajar untuk ujian masuk universitasnya besok.

"Kamu besok ujian lho, Barr. Belajar, gih."

"Ini lagi belajar."

"Tapi, kamu malah teleponan sama aku gini."

"Menyelam sambil minum air, Killa."

"Idih," Killa mendengkus.

"Kita sama-sama berjuang, ya. Gue berjuang buat ngejar cita-cita gue dan lo berjuang untuk.... tetap panjang umur. Nemenin gue."

"Barra...."

"Ya, yah gue nggak bakal bahas ini lagi deh," ujar Barra tahu kalau pembahasan mereka kali ini sangat sensitif. "Doain besok ujian gue lancar, ya."

"Amin," Killa memejamkan mata sebentar. Ia menyempatkan diri untuk memanjatkan doa terkhusus untuk Barra.

Di seberang sana, Barra tahu apa-apa saja yang Killa lakukan. Terbaca sekali dari deru napas dan gumaman tidak jelasnya itu.

"Kill," panggil Barra setelah beberapa menit membiarkan Killa bergumam terus. "Lo nggak papa 'kan?"

"Aku nggak papa kok, Barr."

"Beneran 'kan?" tanya Barra memastikan lagi. Barra sedikit kesal dengan Killa karena perempuan itu susah dinasihatin.

Barra takut Killa kesepian berada di rumahnya sendirian. Jikalau tiba-tiba Killa kesambet atau kambuh insecure-nya lagi bagaimana? Makanya Barra membujuk Killa untuk tinggal di rumahnya. Namun, perempuan itu menolak. Killa gigih ingin tidur di kamarnya.

Sampai-sampai Vei ikut membujuk Killa dan hasilnya nihil.

"Beneran nggak papa," jawab Killa sambil memeluk gulingnya. Ia menguap. "Aku ngantuk."

"Baru jam delapan kok udah ngantuk, sih?" decak Barra sebal, ia membolak-balikkan materi ujiannya besok. "Bayi banget dah."

Killa terkekeh. "Kan, aku tadi habis minum obat. Mungkin ini efeknya, jadi gampang ngantuk."

Hening.

Barra terdiam sebentar.

Rumah mereka berdekatan, tapi mereka berdua komunikasi menggunakan telepon. Sungguh anak millenial sekali.

BarraKillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang