Barrabas Mahesa
Apa salah mengakui perasaan sendiri ke orang yang gue cintai, hah?
Salah!
Karena gue nggak bisa melakukan itu. Karena gue nggak bisa ungkapin itu.
Gue cuma pengin dia tahu, ada seseorang yang juga mencintai dia secara diam-diam. Dan itu gue.
Eh, bangsad! Lo pikir selama ini gue nggak cinta secara diam-diam juga, hah?!
Tiga tahun woi. Anjing. Cupu banget gue.
Dari sekian banyak cewek, dia yang paling menarik karena....
"Kak!" dia mengangkat tangannya. Seluruh pasang mata siswa-siswi mulia mulai menatap dia, termasuk gue.
Dan sebelum dia mengatakan apa yang diinginkannya, dia pingsan gitu aja. Di tengah lapangan. Di hari pertama MOS. Gue yang selalu bawa dia ke ruang UKS. Ya, nggak ada yang nyuruh, sih. Cuma secara spontan aja gue yang langsung maju. Gue bukan anak PMR. Itu gue lakukan, ya, murni ngikutin kata hati gue.
Di hari-hari berikutnya, mukanya yang pucat itu terus mengganggu gue. Kita terus papasan. Dia menundukkan kepalanya, tapi gue tahu dia ngelirik ke arah gue. Itu yang dinamain dengan insting. Gue bisa tahu karena insting gue mengatakan begitu.
Dia udah gue labeli aneh saat secara nggak sengaja, gue lihat dia mimisan. Dia nggak panik sedikit pun, kayak yah ngerasa biasa aja gitu dianya.
Terus berlanjut pas pulang sekolah, hari terakhir MOS kalau nggak salah. Gue lihat dia berdiri, sendirian. Biasanya 'kan selalu sama Raden, kayak kembar siam.
Nah, gue coba deketin dia tuh. Dia diem aja sewaktu gue tiba-tiba berdiri di sampingnya.
Langit berubah menjadi gelap. Awan yang tadinya biru perlahan berubah menjadi abu-abu. Dan... hujan pun turun.
Nggak tahu keinginan dari mana, gue pengin ngajak dia kenalan. Tapi, justru gue....
Cium dia!
Yeah, my first kiss for you.
"Ma, emang mereka udah jadian, ya?" tanya gue waktu ikut nemenin Mama nonton drama Korea di ruang keluarga. Kata Papa, gue harus sering-sering ngajak Mama ngobrol pas Papa lagi kerja. Apalagi, Papa udah seminggu ini di luar kota. Gue ajak Mama ngobrol biar nggak merasa rumah begitu sepi.
Mama nggak jawab pertanyaan gue. Tetep fokus pada drama Korea kesukaannya itu.
Sepanjang gue mengikuti drama korea itu, nggak ada kalimat manis yang dikatakan sama pemain cowoknya, seperti.... "Mau nggak lo jadi pacar gue?"
Tapi, gue akui cowoknya tuh selalu ada buat si cewek. Jadi, gue menyimpulkan sendiri tentang pentingnya ungkapan cinta. Terkadang, ungkapan itu nggak diperlukan. Lebih perlu ke actionnya, sih, kalau menurut gue mah.
Setelah kejadian nyium dia itu, dia pingsan. Anjing nggak tuh, hah?!
Pingsan woi.
Gue jadi pengin ikutin pingsan because, gue kira cara nyium gue salah. Fyi, gue anak baik. Kalem. Ramah. Dan suka menabung. Anak Mama banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
BarraKilla
RomanceLENGKAP! Follow akun ini sebelum baca🐧 Warning! Peringatan! Cerita ini bisa membuat kalian mengumpat, menangis, dan tertawa (jika satu SELERA)🍭 "Barr, aku juga nggak tahu kenapa Raden nyium aku." "Shit! Diem, Bego!" "Maaf." "Tahu nggak, kenapa gue...