*57. Badai*

161K 15.6K 5.2K
                                    

Kegiatan apa yang kamu tinggalkan demi baca BarrKill?

"Barra.... ini kamu barusan ngomong apa? Kamu ngomong aku cantik?" ulang Killa dengan tatapan berbinar bahagia. Serasa seperti mimpi. "Kamu udah nggak marah lagi sama aku? Kamu udah bisa senyum lagi ke aku."

Meskipun hanya seulas senyum tipis yang terbit dari bibirnya Barra, Killa sudah bahagia luar biasa. Tangisnya berhenti, berganti dengan senyum lebar Killa.

"Barra, jangan marah lagi kayak tadi. Kamu kalau lagi bad mood itu nyeremin tauk aku jadinya nyalahin diri sendiri kenapa ak-"

Karena Killa terlalu banyak bicara, untuk memotong ucapan perempuan itu memang harus langsung dibungkam dengan mulut saja.

Ya, ciuman.

Dengan gerakan cepat Barra mencium Killa. Benar-benar memberinya ciuman bukan hanya sekadar kecupan biasa saja. Barra melumat bibir Killa, memperdalam ciumannya.

Memejamkan mata, tangan Killa refleks meremas lengan Barra seraya ia memiringkan kepalanya.

Barra tersenyum disela-sela ciuman mereka, kian mengajari Killa ciuman yang lebih panas. Ia menekan tengkuk leher Killa seraya tangan kanannya mengusap-usap bagian bawah bibir perempuan itu.

Napas Killa menderu cepat, ia kewalahan dan di saat yang bersamaan terdengar bunyi ketukan pada kaca mobil Barra.

Tok.... tok.... tok....

"Njir! Ngapa nih si Barra lama bener ada di dalam mobilnya," ucap Alex seraya mendekatkan kepalanya pada kaca jendela mobil Barra yang cukup gelap.

"Shit!" umpat Barra saat Killa mendorong dadanya, menyudahi ciuman itu.

"Ada Alex," cicit Killa dengan malu. Ia menggigit bagian bawah bibirnya. Dari dalam mobil, mereka bisa melihat dengan jelas orang yang ada di luar, sedangkan yang terjadi di luar malah sebaliknya.

Barra mendengkus. "Lo siap-siap, gih. Gue keluar duluan."

"He'em." Killa mencari tas kecil yang dibawanya dari rumah Vei. Tadi Vei juga sudah mengingatkan untuk membawa bedak dan lipstik. Dan ternyata dua alat itu berguna sekarang.

Sebelum membuka pintu mobilnya, Barra kembali mencium Killa. Kali ini bukan di bibir perempuan itu, melainkan di pipinya.

Sontak Killa memejamkan mata, kaget. Lalu beberapa detik kemudian membuka matanya.

"Lo milik gue," tandas Barra seakan benar-benar mengklaim Killa lalu keluar dari dalam mobilnya.

Rasanya ada berjuta-juta kupu-kupu terbang di dalam perutnya. Jantungnya berdebar cepat bukan karena sakitnya. Namun, karena hal membahagiakan yang disebabkan getaran cinta.

Killa menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Kedua pipinya terasa panas, hatinya pun ikut menghangat.

Killa bahagia karena Barra. Killa juga bisa sedih karena laki-laki itu.

Sekitar sepuluh menit meredam kebahagiaan yang membuncah di dada, Killa keluar dari dalam mobil Barra dengan wajah yang sudah berpoleskan bedak tipis dan lipstik baru di bibirnya. Tidak seberantakan tadi. Cukup terlihat baik dan mata sembap- bekasnya sudah tidak terlihat.

BarraKillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang