Kan, sekarang tanggal 29 Februari nih. Tanggal yang hanya ada 4 tahun sekali. Hal spesial apa yang kalian lakukan hari ini?
"Kok...." Anisa melongo. "Kamu kok bisa tahu?"
"Killa tahu, Ma."
Anisa mendatangi Killa pagi ini bukan sepenuhnya untuk menjenguk anak itu. Melainkan hanya untuk membuat Killa semakin drop. Ia tahu, kondisi tubuh Killa yang sangat lemah. Mendapatkan berita buruk, pastilah bisa memperparah kondisi tubuhnya. Namun ternyata, Killa sudah tahu.
Yang ekspresi wajahnya terlihat kaget justru Anisa. Ia menarik napas dalam-dalam. Otaknya berpikir lebih keras lagi, harus dengan cara apa yang ia membuat Killa sakit hati.
Anisa ingin Killa cepat menyusul ibu kandungnya, tetapi ia tidak mau membunuh anak itu secara terang-terangan. Bisa saja Anisa mencampurkan racun di bubur yang baru saja Killa makan. Namun, hal itu malah tidak ia lakukan. Anisa ingin Killa meninggal dengan cepat karena penyakitnya sendiri agar ia tidak disalahkan juga oleh mantan suaminya.
"Sejak kapan kamu tahu tentang rahasia itu?" Anisa mulai menunjukkan sikap menyelidikinya, terus menatap Killa tajam.
Killa sendiri sedang mengontrol detak jantungnya yang terasa sangat menyesakkan. Seolah-olah ada beban berat di dadanya. Menimpa dirinya.
"Kamu nggak bisa jawab pertanyaan Mama?" Anisa bertanya dengan cepat lagi, terlihat sangat tidak sabar. "Kamu sudah tahu tentang rahasia itu dan kamu masih menganggap saya Mama?"
"Mama...." sengau Killa mulai menitikan air matanya. Ia tidak sanggup lagi menahannya.
"Seharusnya kamu tahu Killa! Selama ini saya menderita merawat kamu!" kelakar Anisa menumpahkan semua isi hatinya. "Sulit bagi saya harus memperlakukan kamu sama seperti anak kandung saya yang lain."
Waktu itu, Killa sempat berpikir ada yang janggal. Jarak umur Killa dan Vio berdekatan. Hanya beda beberapa bulan saja. Di situlah sempat muncul kecurigaan di benak Killa kalau ia bukan anak kandung dari Anisa, apalagi mamanya itu terlalu pilih kasih. Dan ternyata kebenaran itu terkuak sekarang. Killa tahu, kalau dirinya bukan anak kandung Anisa.
"Bayangkan saja! Saya sangat baik hati mau merawat kamu dari kecil sampai sekarang," jelas Anisa mulai mengungkit-ungkit. "Padahal, jelas-jelas kamu dan ibu kandung kamu itu penghancur rumah tangga saya."
Killa tidak bisa membantahnya. Ia menangis seraya mencengkeram erat mangkuk bubur ayam yang sudah mulai mendingin.
"Kehidupan saya hancur, Killa. Rumah tangga harmonis yang saya bina itu retak sejak ibu kamu hadir dengan menggoda suami saya," papar Anisa terus-terusan tak memberi jeda sedikit pun untuk Killa istirahat. Kedua telinganya berfungsi sempurna, bisa mendengarkan semua kalimat menyakitkan itu. "Setelah ibu kamu pergi, saya pikir, semua sudah selesai. Saya bisa hidup bahagia bersama dengan suami saya. Ternyata, tidak! Malah kamu hadir sebagai pembawa sial selanjutnya."
Hati Killa serasa diremas bak cucian kotor yang mau dijemur, diperas kuat-kuat sampai airnya yang tak mengalir lagi. Pagi ini hujan turun, menambah suasana mendung hati Killa. Begitu pun air mata Killa yang berjatuhan dengan derasnya.
Deras sekali.
Hampir mengalahkan derasnya hujan yang tiba-tiba turun tanpa permisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BarraKilla
RomanceLENGKAP! Follow akun ini sebelum baca🐧 Warning! Peringatan! Cerita ini bisa membuat kalian mengumpat, menangis, dan tertawa (jika satu SELERA)🍭 "Barr, aku juga nggak tahu kenapa Raden nyium aku." "Shit! Diem, Bego!" "Maaf." "Tahu nggak, kenapa gue...