BOLEH MINTA TOLONG? BUAT PART INI, KOMENNYA PAKE HURUF KAPITAL ATAU CAPSLOCK, YA. KHUSUS BUAT PART INI.
"Oke, jangan nyusahin Barra lagi," ucap Killa pada diri sendiri saat baru bangun dari tidurnya.
Tapi, bagaimana ia mau hidup mandiri? Hidupnya memang sangat bergantung pada Barra. Itu faktanya.
Yang sedang dipikirkan itu pun muncul, membuat Killa gugup. Salah tingkah. Ia langsung turun dari ranjang, membersihkan tempat tidur itu.
"Nggak usah," tahu-tahu Barra sudah ada di samping Killa. Laki-laki itu menahan tangan Killa yang akan mengganti seprai. "Ini bukan tugas lo. Ini tugasnya Bi Ina."
"Em, tapi 'kan aku yang tidur di sini tadi," ujar Killa membantah. Biasanya, di rumah pun Killa yang membersihkan tempat tidurnya sendiri.
"Mandi, gih." Lalu Barra menyodorkan goodie bag warna hitam pada Killa. "Pake ini."
"Apa?" kening Killa mengernyit, ia menerima goodie bag hitam itu dan langsung membukanya. "Gaun?!"
"Cepet mandi, sarapan, terus kita ke rumahnya Raden," titah Barra dengan nada datar. Mood-nya masih gamang, seperti kemarin.
"Kamu... nggak marah lagi 'kan sama aku?" tanya Killa dengan hati-hati. Ia menelan salivanya lalu melanjutkan lagi. "Aku terlalu nyusahin kamu, ya."
"Gue bilang, mandi!"
Killa langsung terdiam. Bibirnya terkatup rapat lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.
Iya. Aku mandi!
Namun Killa tidak mampu mengatakan kalimat itu. Terlalu takut. Barra memang sangat sensitif. Terlihat sekali sedang mudah marah. Nada bicaranya datar, tapi ekspresinya... uh, tatapan tajamnya itu mengerikan. Membuat Killa bergidik ngeri dan bulu kuduknya seketika merinding.
Benar kata Barra kemarin saat laki-laki itu mengatakan, setan nggak mungkin takut sama setan.
Secara sadar, Barra mengakuinya 'kan?
Killa cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan diri.
Barra menatap punggung Killa dengan perasaan menyesal sudah bersikap tidak ramah dan sangat-sangat kentara sekali kesalnya. Killa 'kan tidak tahu apa yang menjadi kekesalan Barra. Perempuan itu 'kan tidak salah apa-apa.
"Bego! Lo bego, Barr!"
Butuh waktu sepuluh menit untuk Killa mandi dan bersiap-siap. Ia memakai gaun model chic simple atau glitter bib neck dress. Warna hitam, selutut. Memperlihatkan kedua bahu mulusnya. Killa merasa tidak nyaman karena jujur itu pertama kalinya bagi dirinya memakai pakaian yang tidak menutupi lengannya.
Saat keluar dari kamar mandi, yang dilihat Killa bukan Barra lagi. Melainkan Vei yang sudah siap akan mendadani Killa.
"Duh, belum dimake up-in aja udah cantik gini," ujar Vei lalu membawa Killa duduk di depan cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BarraKilla
RomanceLENGKAP! Follow akun ini sebelum baca🐧 Warning! Peringatan! Cerita ini bisa membuat kalian mengumpat, menangis, dan tertawa (jika satu SELERA)🍭 "Barr, aku juga nggak tahu kenapa Raden nyium aku." "Shit! Diem, Bego!" "Maaf." "Tahu nggak, kenapa gue...