*36. Saling Menunggu*

171K 15.5K 1.7K
                                    

Klik votes dulu.

Wiratmaja menyembunyikan jadwal operasi Killa yang sudah ia diskusikan dengan dr. Edi. Killa minta pulang, selalu dan selalu. Permintaannya selalu itu-itu saja.

Wiratmaja tak punya pilihan lain, sudah cukup yang lalu-lalu saja ia selalu abai akan Killa. Untuk sekarang, besok, atau pun hari-hari seterusnya, Wiratmaja tak akan abai lagi. Jadi, ia menuruti permintaan Killa. Mengajak putrinya itu pulang.

Dr. Edi memberi beberapa nasihat untuk Killa tentang pola makan hingga yang terpenting istirahat cukup bagi tubuhnya itu.

Killa tersenyum saat mendengarkan nasihat dari dr. Edi, tapi ia kembali murung lagi saat sudah sampai rumah. Cewek itu langsung masuk ke dalam rumah, merebahkan diri lalu mencoba memejamkan mata dengan posisi miring.

Wiratmaja menyeka air matanya secara perlahan. Memasang topeng kuat dan tegar, lagi.

Pria paruh baya itu baru saja mengadaikan rumah barunya itu untuk biaya pengobatan Killa. Lebih tepatnya menggadaikan sertifikat rumah dengan bunga yang lumayan besar, berkali lipat. Karena ia butuh uang cepat, jadi Wiratmaja ambil saja tawaran itu.

Hari menjelang malam. Killa belum makan, Wiratmaja kebingungan membuatkan makan malam apa yang bergizi untuk putrinya. Kemarin, saat Wiratmaja membawakan bolu kukus, Killa tak memakannya sedikit pun. Membiarkan bolu kukus itu berubah menjadi basi. Aroma bolu kukus yang menggoda, berganti menjadi bau busuk.

Wiratmaja semakin kalut. Ia memutuskan pergi guna membelikan makan malam untuk Killa. Pria paruh baya itu hampir menghabiskan waktunya hanya untuk mengelilingi ibu kota di malam, sampai ketika motornya berhenti di sebuah restoran mewah. Tempat makan itu cukup mahal dengan banyak menu makanan pilihan yang dijamin cita rasanya lezat. Wiratmaja tidak begitu tahu makanan apa yang di sana, ia tidak pernah mencobanya. Biasanya ia hanya makan makanan di pinggir jalan. Uangnya selalu ia sisihkan untuk kebutuhan lain yang lebih penting. Khusus untuk Killa, ia ingin putrinya itu makan enak. Jadi, saat diberi menu makanan, Wiratmaja hanya bisa memesan chicken spaghetti. Satu-satunya makanan yang menurutnya tidak terlalu aneh-aneh bentuknya.

Setengah jam kemudian, Wiratmaja pulang. Ia sampai ke rumah, melepas penat sebentar lalu mengetuk pintu kamar Killa setelah menghidangkan chicken spaghetti di piring.

Tok.... tok.... tok.... tok....

"Killa, Killa..."

Karena tidak ada jawaban dari dalam, Wiratmaja membuka pintu kamar Killa. Ia lalu melenggang masuk. Menarik napas panjang, Wiratmaja duduk di tepi ranjang Killa. Ia menaruh sepiring spaghetti yang dibelinya di atas nakas.

Wiratmaja tidak sampai hati membangunkan Killa. Tidak tega. Pasti anak itu butuh tidur. Butuh istirahat yang banyak. Jadi, Wiratmaja diam. Duduk termenung, menunggu Killa bangun dengan sendirinya meskipun tahu spaghettinya perlahan mulai mendingin.

Tahu tidak kalian kalau sepulangnya dari rumah sakit, Killa tidak pernah benar-benar bisa tidur tenang. Kedua matanya memang terpejam, tapi ia tidak lelap. Ia tidak tidur. Ia masih senantiasa terjaga.

Killa diam.

Killa menunggu.

Ia menunggu sang ayah mengguncangkan kedua bahunya guna membangunkannya. Namun setelah pintu terbuka, Killa tak merasakan ada gerakan apa pun dari Wiratmaja. Killa hanya bisa merasakan kalau Wiratmaja tengah duduk di tepi ranjangnya. Tak berucap apa pun.

BarraKillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang