SILAKAN KOMEN PAKE HURUF KAPITAL BIAR GREGET. HEHEHE.
Akilla
Bagiku, salah satu hal yang paling sulit untuk aku lakukan adalah.... bersyukur karena masih diberi umur panjang. Sulit banget, banget.
Beberapa orang selalu bilang, bersyukur kek masih dikasih umur panjang. Masih bisa napas. Banyak orang di luar sana yang ngabisin sebagian hartanya hanya demi berobat, biar umurnya panjang dan selalu sehat. Dan lo malah nggak bersyukur, Kill?!
Bisa nggak, kita nggak usah membandingkan penderitaan kita dengan orang lain?
Tahu sendiri 'kan tiap manusia punya fasenya sendiri-sendiri. Dan itu nggak bisa dijadiin tolok ukurnya.
Sumpah, aku sebel banget sama orang yang bilang, lihat tuh orang di bawah kamu. Masih ada yang lebih menderita dari kamu.
Em, nggak tahu ya. Pokoknya aku sebel kalau ada yang bilang gitu. Mungkin maksudnya baik buat memotivasi aku, tapi... nggak gitu caranya.
Aku menatap ke sekeliling ruangan yang serba putih.
Aku masih hidup.
Selama menjalani operasi itu, aku nggak ngerasain apa-apa. Pas dibius, aku pikir setidaknya bisa ketemu Ayah atau Mama sebentar aja, meskipun cuma di alam mimpi. Itu pun enggak apa-apa bagiku. Semenit aja. Tapi, emang Tuhan belum mau ngabulin.
Kali ini, aku nggak akan berdoa apa-apa lagi pada Tuhan.
Aku nangis karena nggak tahu lagi habis ini mau ngapain. Isi kepalaku kosong. Really.
Tangisan putus asa.
Aku bener-bener kayak baru dilahirin lagi. Kayak bayi yang baru lahir dan nangis kejer sebagai penyambutan dia ke dunia ini.
Aku ngerasa... ada yang beda sama diriku sendiri.
Aku boleh kehilangan banyak hal dalam hidup, apa pun itu. Tapi, aku nggak mau kehilangan diri aku sendiri. Rasanya hampa. Ada ragaku. Ada nyawaku. Tapi, rasanya beda.
"Killa...."
Dan di saat kayak gini, aku malah bisa denger suaranya dengan jelas.
Aku menyingkirkan tanganku dari wajah dan sosok Barra ada di hadapanku. Percaya nggak, kalau sekarang aku sama sekali nggak kaget? Biasa aja.
Mungkin kalau hari ini ketemu dajjal, aku juga bakal bersikap biasa aja. Udah kebal? Enggak kebal juga. Lebih tepatnya aku udah mati rasa.
Dia meluk aku. Wangi tubuhnya- shampoo dan parfum yang Barra pake itu nggak pernah berubah. Aku udah hafal banget. Hangatnya tangan dia yang nggak sengaja bersentuhan langsung sama kulitku, sekarang bisa aku rasain.
Barra, kamu kembali ke pelukanku. Tapi....
"Gue sayang sama elo. Makasih udah bertahan sejauh ini."
Udah terlambat, Barr.
"Coba ulangi."
Bukannya aku baru dioperasi? Aku masih hidup? Ada bekas operasi di bagian dadaku. Tapi, kenapa jantung ini nggak bisa berdebar-debar lagi, Barra? Kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
BarraKilla
RomanceLENGKAP! Follow akun ini sebelum baca🐧 Warning! Peringatan! Cerita ini bisa membuat kalian mengumpat, menangis, dan tertawa (jika satu SELERA)🍭 "Barr, aku juga nggak tahu kenapa Raden nyium aku." "Shit! Diem, Bego!" "Maaf." "Tahu nggak, kenapa gue...