*07. First Dinner*

242K 16.9K 2.6K
                                    

TULIS HARAPAN KALIAN DI TAHUN 2020 INI. SEMUA DOA BAIK AKU AMINKAN, SEMOGA CEPAT TERWUJUD.

 SEMUA DOA BAIK AKU AMINKAN, SEMOGA CEPAT TERWUJUD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ABSEN DULU KUY YANG MASIH SETIA.

"Argh! Pusing mikirin konflik para tokohnya," gumam Killa sambil memegangi kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Argh! Pusing mikirin konflik para tokohnya," gumam Killa sambil memegangi kepala.

Ide yang sungguh buruk.

Di saat perutnya lapar, ia malah meluangkan waktu untuk menulis sebagai bentuk pengalihan diri. Padahal dengan menulis, justru tenaganya makin habis terkuras.

Killa tidak kuat lagi menahan lapar di perutnya. Cacing-cacing yang hidup di dalam perut Killa itu meraung-raung minta dikasih makan. Ia merangkak turun dari ranjang, meninggalkan ponselnya. Killa harus memecah celengan ayamnya.

"Maaf, yah, Yam. Aku harus belah kamu," lirih Killa tidak tega. "Aku bener-bener butuh uang buat beli makan."

Killa pikir, ia bisa menahan lapar hingga berganti hari. Ternyata, tubuhnya tidak sekuat itu.

Uang yang terkumpul dari perut ayamnya itu sebanyak 99 ribu. Cukup banyak.

Killa bangkit berdiri, merenggangkan tubuh sebentar lalu meneguk segelas air putih yang ada di atas meja belajarnya. Mengambil jaket, ia lalu melenggang keluar kamar.

Rumahnya sepi. Sangat sepi. Hanya ada dirinya seorang diri. Ayahnya tidak ada kabar. Tidak pulang, tidak meninggalinya uang sedikit pun. Killa mulai berpikir, mungkin ayahnya memang sengaja menelantarkannya. Atau mungkin, perkataannya yang terakhir kali pada sang ayah itu sungguh keterlaluan?

Killa mengecek ke dalam kamar ayahnya. Apakah ada sesuatu peninggalan atau apa. Namun, ia malah menemukan akta cerai.

"Hahaha!" Killa tertawa getir. "It's okay, Killa."

Cewek itu mencoba tegar. Salah satu impiannya sudah pasti gagal terwujud. Impian indah Killa adalah ingin hidup di keluarga yang harmonis, yang menginginkannya. Yang sama sekali tak mempermasalahkan atas kekurangannya, penyakitnya. Tak mengeluhkan tentang betapa banyaknya biaya yang perlu dikeluarkan hanya untuk anak tidak berguna, seperti dirinya itu.

BarraKillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang