*06. Memperpanjang Harapan*

275K 17.9K 2.6K
                                    

Sedih boleh, tapi jangan lama-lama. Klik votes dulu yuk.

"Kill, lo nggak ke kantin, hah? Tumben

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kill, lo nggak ke kantin, hah? Tumben...."

Bukannya menjawab pertanyaan dari Raden, sang empunya nama justru meminta sesuatu. "Den, gue ngutang uang lo dulu, boleh nggak?"

Kening Raden mengerut, berpikir kritis. Bukannya ia pelit, tidak mau meminjamkan uangnya pada Kila, tapi ia heran. Ini baru kali pertamanya Killa melontarkan kalimat itu secara terang-terangan.

"Nggak boleh, ya?" cibir Killa karena Raden tak langsung memberinya jawaban, hanya menatapnya tajam.

"Ayo, gue traktir," ajak Raden. "Ngomong kek dari tadi. Lo minta traktir gue selama setahun pun gue jabanin, Kill."

"Semoga gue nggak semiskin itu," ungkap Killa jujur.

Killa merasa hari ini energinya lumayan kuat, sanggup menahan lapar dari semalam. Tadi pagi pun ia tidak sarapan. Perutnya dibiarkan kosong selama beberapa jam, baru siang inilah ia berinisiatif mengisi perutnya. Jalan satu-satunya adalah dengan hutang uang pada Raden dulu, ia lupa membobol celengan kucingnya tadi karena saking buru-burunya berangkat sekolah.

Mau hutang Ratih, tapi cewek itu sudah meluncur ke perpustakaan. Kalau Killa mau menyusul ke sana, tenaganya tidak cukup. Harus naik-turun tangga. Bisa-bisa Killa pingsan.

"Lo.... baik-baik aja, 'kan?" tanya Raden memastikan. "Barra nggak ngapa-ngapain lo 'kan tadi pagi? Keluarga lo gimana? Semua baik 'kan?"

"Den.... gue laper," cicit Killa lesu. "Bisa nggak interogasinya nanti aja? Kita makan dulu di kantin."

"So-sori. Lo tunggu di sini aja," kata Raden. "Gue beliin makan di kantin."

"Nggak. Gue ikut," Killa memasukkan bukunya ke laci meja. "Ya, kali gue makan di kelas. Di sini 'kan ada ACnya."

"Hahaha, iya juga, seh," Raden menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Killa berjalan mendahuluinya. Tatapan teduh Raden tertuju pada kedua tangan Killa, ingin sekali ia genggam tangan itu. Ia gandeng Killa. Ia tunjukkan pada dunia bahwa, dirinya akan selalu ada untuk cewek itu. Namun, Raden terlalu lama diam di tempat.

Akhirnya Killa dan Raden sudah ada di kantin. Raden tahu menu makanan apa yang Killa mau saat ini, pasti mi ayam. Jadi, tanpa banyak bertanya ia langsung memesan dua mangkuk mi ayam dan dua gelas es teh manis.

Killa memainkan jari-jarinya, lelah dengan hidupnya yang monoton. Itu-itu saja.

Apa gue berhenti sekolah aja, ya? Daripada buang-buang uang, ya, 'kan?

BarraKillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang