Jam berapa kalian baca ini?
Part rahasia, Akilla
"Keluar," ucap Barra dingin. Ketus. Penuh penekanan.
"Barra...." tenggorokanku kering. Rasanya sakit. Kedua mataku memerah nanar. "Aku nggak mau di sini. Aku nggak mau tinggal di panti asuhan."
Barra selalu bisa buat aku seneng. Dia juga selalu bisa buat aku sedih. Kesedihan yang sedih.... banget-banget.
Dia tersenyum miring. Aku selalu takut ngelihat senyum itu karena aku nggak bisa benci dia, meskipun tahu dia sangat-sangat bikin aku sakit hati. "Sadar diri. Lo itu siapa."
"Barra, kamu marah banget, ya, sama aku.... aku...." Aku bingung, bagaimana caranya biar Barra bisa tenang. Maafin aku. Nggak marah lagi. "Raden tadi itu bilang-"
"Anjing! Gak usah lo sebut nama dia lagi."
Barra, kamu kenapa? Kesalahanku yang terlalu fatal? Atau kamu yang memperbesar kesalahanku?
"Barr, aku juga nggak tahu kenapa Raden nyium aku."
Sumpah demi apa pun, demi diriku sendiri. Aku nggak pernah nyangka Raden bakal cium aku, ngungkapin kalau punya rasa sama aku. Itu di luar pikiranku.
"Shit! Diem, Bego!"
Aku tahu, dia marah tiap kali aku sebut nama Raden. Aku jadi bisa berpikir lagi. Kenapa kemarin Barra tiba-tiba dingin sama aku. Karena aku tanpa sadar nyebut nama Raden.
"Maaf."
Pada akhirnya, kata maaf di mata kamu tetep nggak ada artinya, Barr. Padahal aku mengucapkannya setulus perasaanku.
"Tahu nggak, kenapa gue nerima lo jadi pacar gue? Padahal lo yang nembak gue duluan di UKS dengan nggak punya malunya."
Tahu. Makanya aku nggak pernah tanya.
Aku nggak pernah tanya, Barra kamu cinta nggak sama aku? Aku nggak mau tanya. Aku nggak mau denger jawaban kamu.
"Lo itu menyedihkan, Killa. Sangat menyedihkan."
Dan... pada akhirnya, kamu sendiri yang kasih aku jawaban yang nggak mau aku denger.
"Gue selama ini cuma.... kasihan sama elo."
"Barra, dada aku sakit."
Ya, kalau dia emang beneran cuma kasihan sama aku, seharusnya dia merasa mengasihani aku lagi.
"See? Lo minta dikasihani lagi?"
Ini beneran, Barra.
Kasihani aku lagi.
Aku selalu bertanya-tanya kapan jantungku berhenti berdetak. Apa sekarang jawaban Tuhan?
"Maaf."
"Dan lo selalu mengatakan maaf biar lo semakin dikasihani."
Kata maaf buat kamu sama sekali nggak ada harganya. Nggak berarti.
Meskipun aku melakukan kesalahan dan sepatutnya aku minta maaf, kamu tetap kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BarraKilla
RomanceLENGKAP! Follow akun ini sebelum baca🐧 Warning! Peringatan! Cerita ini bisa membuat kalian mengumpat, menangis, dan tertawa (jika satu SELERA)🍭 "Barr, aku juga nggak tahu kenapa Raden nyium aku." "Shit! Diem, Bego!" "Maaf." "Tahu nggak, kenapa gue...