Malam Mingguan kalian gimana nih? Apa yang sedang kalian lakukan, Cuy.
Barra menghela napas lega saat ia berhasil mengendarai motornya sampai tujuan. Dengan posisi Killa tidur di punggungnya, memeluknya erat.
Secara perlahan, Barra menggoyang-goyangkan tubuh Killa yang masih anteng bersandar di punggungnya. "Kill, udah nyampe."
Barra bolak-balik melirik ke arah spion. Takut kalau Killa memejamkan mata untuk selamanya. Namun, ia merasa itu tidak mungkin sebab dirinya masih bisa merasakan detak jantung Killa di punggungnya karena posisi mereka yang sangat dekat.
"Kok lo bawa gue ke hotel, sih?!" kalimat pertama yang meluncur dari mulutnya saat baru bangun dari tidur. Killa mengucek matanya lalu menguap sebentar.
"Lo bego, ya?" Barra memarkirkan motornya, ia melepaskan helm sambil terus komat-kamit melihat ekspresi muka Killa yang tidak nyaman.
Killa memikirkan banyak hal. Tentu saja banyak hal itu selalu berhubungan dengan Barra.
Mereka berdua sekarang ada di hotel? Jangan-jangan Barra mau mengurungnya di sana lalu melakukan hal keji itu. Jangan-jangan Barra memang sudah merencanakan semuanya dari awal. Namun, jauh di dalam hati Killa, ia berprasangka Barra memang cowok baik yang tidak mungkin melakukan hal buruk itu padanya. Ya, walaupun mulut dan tampang Barra mengatakan sebaliknya. Tetap saja hati Killa tak percaya. Karena dua hal yang saling bertolak belakang itu, Killa jadi meragukannya.
"Em, gue mau pulang aja deh."
Daripada menjadi mangsanya Barra, mungkin lebih baik ia tetap ada di dalam rumah. Meskipun, rumah itu seperti neraka.
Barra geleng-geleng kepala, ia menyentil kening Killa dengan gemas. "For your information aja, ini tuh bukan hotel. Tapi, gedung apartemen."
"Ih," Killa mengusap-usap keningnya yang baru saja disentil oleh Barra. Bibir cewek itu manyun. "Sama aja! Intinya ini tempat penginapan 'kan?"
"Ya, tapi beda!" Barra menarik tangan Killa mengajaknya masuk ke unit apartemen miliknya dengan sedikit paksaan. Sebab cewek itu malah menolak dan ingin kabur. "Killa, diem! Gue nggak bakal ngapa-ngapain elo kok."
"Nggak mungkin!"
Ya, semua cewek pasti berpikir negatif, jika berada di posisi yang sama seperti Killa saat ini.
"Oh, jadi lo ngarep banget nih gue apa-apain?" Barra memajukan wajahnya, mengendus bagian leher Killa bak vampir. Cewek itu menahan napas saat Barra melakukan hal tiba-tiba itu. "Jangan lupa napas."
Cup....
Barra mengecup leher Killa secara sekilas lalu menggandeng tangan cewek itu lagi, kali ini langkah kakinya lebih pelan dari yang tadi.
"Huh, huh," Killa membuang napas, menatap Barra yang tampak biasa saja.
"Kalau mau pingsan, bilang." Peringat Barra dengan senyum miringnya yang terlihat mengejek sekali.
Killa membuang muka, ia menyadari kedua pipinya bersemu merah karena kelakuan Barra itu.
Pengalaman pertama bagi Killa menginjakkan kaki di gedung apartemen yang semegah itu. Ia bahkan tidak tahu bedanya hotel dan apartemen. Baginya sama saja karena sama-sama tempat untuk menginap 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
BarraKilla
RomanceLENGKAP! Follow akun ini sebelum baca🐧 Warning! Peringatan! Cerita ini bisa membuat kalian mengumpat, menangis, dan tertawa (jika satu SELERA)🍭 "Barr, aku juga nggak tahu kenapa Raden nyium aku." "Shit! Diem, Bego!" "Maaf." "Tahu nggak, kenapa gue...