Hal apa yang ingin kalian lakukan setelah baca BarraKilla?
"Maafin gue, Rat. Sumpah gue minta maaf," ucap Raden sambil bersimpuh di hadapan Ratih, ia memohon ampun pada cewek itu. "Gue khilaf. Sumpah, Rat!"
"Lo jahat! Lo jahat! Gue benci banget sama elo, Den."
"Kalau waktu bisa diulang, gue nggak bakal ngelakuin itu lagi, Rat."
"Bullshit!"
Raden mendongakkan wajahnya. "Lo juga nyesel 'kan? Sama! Gue juga!"
Ratih mengepalkan tangannya, tak menyangka Raden malah mengatakan hal itu. Memang benar, sih, Raden sudah minta maaf. Namun, apa minta maaf saja sudah cukup untuk membuat luka batin yang ada di dalam hati Ratih sembuh? Tidak akan pernah cukup.
Cowok itu sudah menyakitinya. Menghancurkannya. Mematahkannya. Membuat seluruh hidupnya hancur.
Raden bangkit berdiri, ia lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan pil pemberian dari Alex tadi. Ditunjukkannya pil itu pada Ratih.
"Apa?" Ratih menaikkan sebelah alisnya, bertanya tidak paham dengan pil itu.
"Pil pencegah kehamilan," jelas Raden. "Lo harus minum ini biar nggak hamil."
"DEN!" geram Killa tak lagi bisa diam saja. Kepalanya pusing seolah-olah ia yang sedang ada di posisi Ratih saat ini. Killa akan melangkah maju, tetapi rangkulan Barra di bahunya, mampu menahannya.
"Jangan ikut-ikut, Kill." Bisik Barra tepat di telinga Killa. "Itu semua demi kebaikan mereka sendiri."
"Tapi.... itu.... pil...." Killa memejamkan mata.
Pandangan Killa benar-benar terbuka. Raden yang selama ini selalu ia banggakan, puja-puja tiada henti ternyata sepengecut itu.
Ratih menatap tajam pil yang ada di tangan Raden lalu tertawa sumbang. Tawa yang terdengar sangat menyakitkan di telinga. "Lo yakin nyuruh gue minum ini?"
"Iya!" Raden menganggukkan kepalanya. "Lo nggak mau hamil 'kan? Sama! Gue juga nggak mau lo hamil, Rat. Ini semua demi kebaikan lo."
Ratih memijit pelipisnya. "Pengecut!"
"Gue mikirin masa depan elo," sergah Raden dengan nada tinggi. "Masa depan kita. Jalan kita masih panjang. Konyol kalau sampai lo hamil anak gue."
"Iya, konyol banget," ucap Ratih dengan nada sendu. "Gue juga nggak mau punya anak dari cowok pengecut dari elo."
"Jadi," Raden mengeluarkan pil itu dari botol kecilnya. Lalu menyodorkannya pada Ratih. "Minum pil ini di depan mata gue. Please!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BarraKilla
RomanceLENGKAP! Follow akun ini sebelum baca🐧 Warning! Peringatan! Cerita ini bisa membuat kalian mengumpat, menangis, dan tertawa (jika satu SELERA)🍭 "Barr, aku juga nggak tahu kenapa Raden nyium aku." "Shit! Diem, Bego!" "Maaf." "Tahu nggak, kenapa gue...