*29. Help*

191K 14.2K 1.9K
                                    

Kangen? Akhirnya bisa up. Yuk klik votes dulu.

"Jadi, kapan nih gue dapet mobil baru, huh?"

"Anjay!"

"Ya iyalah. Secara gue menang taruhan," ucap Alex dengan bangga. "Nggak usah ditutupin lagi lah, Barr. Temen-temen juga pada tauk kalau lo itu beneran suka sama Killa. Begitu pun sebaliknya."

"Couple goals tahun ini dinobatkan pada pasangan BarrKill!" beo Kai dengan heboh.

Barra memutar bola matanya dengan malas. "Terserah elo dah. Gue mau cabut."

"Tuh 'kan! Udah jarang nongkrong sekarang," jelas Alex dengan serigai gelinya. "Pengin buru-buru pulang ke rumah soalnya 'kan tetanggaan sama Killa. Ye 'kan?"

"Up to you!" Barra tidak bisa menyangkal karena jujur ia resah seharian ini di sekolah. Belum ada kabar dari Killa. Cewek itu masih belum mengaktifkan nomornya. Aneh sekali!

Barra yakin, sakitnya Killa kambuh kembali. Ia takut saja, jikalau ayahnya yang tak bertanggung jawab itu telat memberi pertolongan. Ah, isi kepala Barra benar-benar penuh dengan nama Killa dan Killa saja.

"Lo tahu Killa sakit apa, huh?" tiba-tiba saja Raden menghadang motor Barra. Cowok itu sudah memakai helm dan siap melajukan motornya pulang ke rumah. "Jawab gue!"

"Bukan urusan elo, Den. Minggir!" usir Barra tak mau lama-lama membuang waktunya. Ia ingin cepat sampai ke rumahnya. Eh, rumah Killa. Memastikan cewek itu baik-baik saja.

"Lo cuma main-main sama dia, Barr! Udah lah, setop sampai sini aja."

Barra menautkan alisnya, ia membuka helmnya demi memperlihatkan wajahnya yang garang pada Raden.

"Gue yang cinta mati sama Killa, bukan elo!"

Alex dan Kai tertegun. Mereka berdua saling berpandangan lalu bertepuk tangan dengan meriah. "Akhirnya, rebutan cewek lagi. Kita mah jadi penonton aja yak."

Barra menunjuk diri Raden dengan dagunya. "Itu bukan urusan elo. Mau gue mainin Killa kek. Mau gue apain dia, lo nggak ada hak buat ngelarang gue."

"Anying!" Raden maju ke depan, ia memangkas jarak yang ada di antara mereka berdua. "Lo buat Killa nangis, itu artinya lo berurusan sama gue."

"Gue saranin, mending lo cari cewek lain aja. Killa milik gue. Dan nggak akan gue lepas."

"Killa milik gue, Barr!" desis Raden dengan pelototan tajam.

Alex dan Kai mulai meredam-redam amarah Raden dan Barra. Dilihat dari sorot mata keduanya, mereka sama-sama sedang berkilat amarah.

"Mending lo urusin dah tuh Ratih. Cewek yang habis lo tidurin," cibir Barra. Dan entah mengapa, ia menambahi kalimat pedas berupa doa buruk untuk Raden dan Ratih. "Gue sumpahin Ratih hamil biar lo tanggung jawab dan nggak usah ngarepin Killa lagi."

"Cok!" umpat Raden spontan. Ia langsung memberi ancang-ancang untuk membogem Barra, tetapi Alex dan Kai menahan kedua lengan Barra. Menepuk-nepuk pundak Raden guna menenangkan cowok itu lalu memberi isyarat pada Barra untuk melajukan motornya. "Lepasin gue!"

"Udah lah, Den. Relain Killa," saran Alex merasa usaha Raden itu sia-sia. Raden memang baik, selalu ada untuk cewek itu, tetapi rasa yang Killa punya itu hanya untuk Barra. Mau dipaksakan bagaimana pun juga, hasilnya sudah terlihat.

BarraKillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang