Klik votes dulu yuk. Selamat ulang tahun bagi kalian yang berulang tahun hari ini. Semoga panjang umur, sehat selalu, diberi banyak tambahan rezeki, dipermudah segala urusannya. Pokoknya doa terbaik terlantunkan^
Barra itu tipe cowok yang paling sulit untuk berkomitmen. Sejak duduk di bangku SMP, Barra digilai oleh hampir semua cewek-cewek di sekolah. Pun saat SMA sekarang ini. Namun, sampai detik ini baru Killa-lah yang ia pilih menjadi pacarnya.
Alasannya simpel, awalnya hanya ingin main-main dan membunuh rasa penasarannya saja. Namun sejauh ini, Barra merasa ada sesuatu yang bermetamorfosa di dalam hatinya. Tidak perlu dijabarkan apa itu, mungkin kalian bisa menebaknya sendiri.
Barra dengan ragu-ragu membunyikan klakson motornya. Rumah Killa terlihat sepi, tak berpenghuni. Ia jadi bingung. Dari rumah, Barra sudah mengirimi Killa chat yang berisi ia akan segera menjemput cewek itu. Biasanya Killa langsung membalas pesannya, tetapi pagi ini tidak. Apalagi cewek itu tidak sedang online.
Apa kartu internetnya sudah habis kuotanya? Apa cewek itu sakit lagi? Masuk rumah sakit kah? Mengapa rumahnya sepi?!
Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan bercabang yang bersarang di dalam kepala Barra. Cowok itu menempelkan ponselnya ke telinga sambil membunyikan klakson berulang kali.
"Angkat dong, Kill!" gerutunya tak nyaman.
"Hei, kamu!" seruan itu membuat Barra menolehkan kepala ke sumber suara.
"Eh,..." Barra mengerjapkan matanya lalu memutus sambungan teleponnya yang tak kunjung diterima oleh Killa.
"Ngapain kamu di sini?"
Sebenarnya, beliau bingung ingin menanyakan hal apa. Ia keluar dari dalam rumahnya, berjalan mendekat ke arah Barra.
"Eh, ada Om..." Barra salah tingkah, ia membungkukkan tubuhnya sedikit lalu bersalaman dengan sopan pada Wiratmaja.
"Berisik sekali kamu, ya, di rumah orang."
Wiratmaja takut, tidur nyenyak putrinya terganggu karena klakson berulang kali dari motor Barra.
"Ehem... em," Barra mengusap-usap tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Saya ke sini mau jemput Killa, Om."
"Killa nggak masuk sekolah hari ini," ujar Wiratmaja memberitahu Barra.
"Lho, kenapa?"
"Killa masih tidur," jawab Wiratmaja gamblang.
Kening Barra makin mengernyit. Tak percaya! Biasanya kalau anaknya masih tidur, maka sudah menjadi tugas orang tua untuk membangunkannya. Iya 'kan? Nah, ini Wiratmaja beda sekali.
"Kok nggak dibangunin, Om?" tanya Barra penasaran. "Apa Killa-nya lagi sakit?"
Barra takut, jikalau Wiratmaja bohong. Bilangnya Killa masih tidur, padahal cewek itu sedang terbaring sakit. Bisa saja 'kan?
Wiratmaja terdiam, sebentar. Ia mengusap-usap dagunya lalu mengatakan. "Mending kamu langsung berangkat sekolah aja, sekarang."
"Ya, nggak bisa, Om. Saya harus tahu keadaannya Killa dulu," tegas Barra.
Duh, Barra lupa belajar pada Alex dan Kai perihal menghadapi sikap calon mertua. Ini pertama kalinya Barra bercengkerama dengan orang tua dari pasangannya. Pengalaman pertama yang benar-benar tak terlupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BarraKilla
RomantizmLENGKAP! Follow akun ini sebelum baca🐧 Warning! Peringatan! Cerita ini bisa membuat kalian mengumpat, menangis, dan tertawa (jika satu SELERA)🍭 "Barr, aku juga nggak tahu kenapa Raden nyium aku." "Shit! Diem, Bego!" "Maaf." "Tahu nggak, kenapa gue...