*61. Seandainya*

198K 19.1K 5.7K
                                    

TEST 1, 2, 3. INI RANG-ORANG PADA KE MANA, YA? KOK YANG VOTES MENURUN?

DEDIKASI KOMEN TER-❤ KEMARIN. MAKASIH BUANYAK

 MAKASIH BUANYAK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Barra!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Barra!"

Dengan tanpa merasa berdosa sedikit pun Barra melewati sang papa begitu saja.

"Barra!" teriakkan yang lebih menggema itu tidak mengurungkan langkah kaki Barra barang sejenak. Ia menaiki tangga menuju ke lantai dua rumahnya seraya melepaskan dasi yang membelit lehernya.

"Pa, udah... bisa dibicarain besok aja."

Atta menepis tangan Vei, ia menggelengkan kepalanya. Memberi isyarat pada Vei untuk tidak membela Barra lagi.

"Ini udah malem, Pa."

"Justru itu..." Atta menghela napas. Memijat pelipisnya sebentar. Menghadapi Barra sama dengan memerangi diri sendiri, mengaca pada masa lalunya dulu. "Barra, turun!"

Barra menghentakkan kakinya.

"Turun, Barra. Jangan buat Papa marah."

"Apa lagi, sih, Pa?" dengan raut wajah kesal, lelah, kecewa, dan marah pada diri sendiri- ia menghentikan langkah kakinya lalu membalikkan badan. Menatap kedua orang tuanya yang ada di lantai bawah.

BarraKillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang