Klik votes dulu.
Cerita ini nggak cocok dibaca untuk kamu yang hidupnya bahagia-bahagia aja dan selalu berpikiran positif.
Killa ini tipe manusia super pesimis yang pernah ada; aku.
Sering nyerah sebelum berjuang. Sering patah tanpa harus dipatahkan.
Kita nggak bisa ukur kemampuan seseorang dengan membandingkan. Itu pasti beda. Killa nganggepnya itu kesedihan luar biasa, bisa aja bagi kamu itu hal yang b aja. Tolok ukur tentang sedih dan bahagia itu nggak ada. Bener 'kan?
Jadi, setop komen, 'jadi orang kok pesimis banget.' karena aku yang baca kayak dikatain. Wkwkwk.
Doain aja yang terbaik. Cerita ini belum muncul konflik utamanya. Killa sakit, itu bukan konflik sih sebenernya. Konfliknya cuma ada 2. Barra sama.... *tut disensor wkwkwk. Yang tanya, Kak bakal dinovelin 'kan nanti? doain aja, yak. Aku nulis dulu aja sampai tamat. Ada beberapa yang udah nawarin buat terbit, tapi belum aku iya-in. Bukannya sombong, sok nolak. Tapi asli ini cerita buat obat diri sendiri :-*
Dan yang bilang, masih bandingin ini dengan BarraKilla versi dewasa... tapi, jujur aku suka ini karena 'aku banget' kalau BarraKilla yang dewasa itu penuh imajinasi tak terbatas. Baca Bersamamu aja, ya. Itu jadi cerita dewasa selanjutnya. Nih, aku buatin videonya Raden sama Ratih. Ditonton yak^
Yang kemarin, video Killa cuma 10 detik karena hapeku langsung tak kuat pas ngedit. Memori penuh cuy. Udah votes 'kan? Selamat membaca^
•••••••••••
Killa sedikit kecewa karena saat jam makan siang, Wiratmaja tidak mampir untuk melihat kondisinya. Dan tidak mengiriminya pesan apa pun, padahal Killa ingin bertanya banyak hal.
Rasa kecewanya itu sedikit terobati karena kehadiran Barra dan Vei. Dua orang itu cukup bisa membuat Killa mengulas senyum tipis dengan malu-malu.
Pasalnya, Killa baru tahu satu sisi dari sosok Barra yang biasanya cook bisa semanja itu dengan sang mama.
Hubungan ibu dan anak itu sangat hangat. Terlihat sekali baik Barra maupun Vei, saling sayang. Killa bisa merasakan getaran kasih itu.
Sehabis makan siang dan minum obat, Vei mengajak Killa mengobrol tentang banyal hal. Sedangkan Barra hanya diam saja, jadi pendengar pasif.
Vei membicarakan hal-hal absurd mulai dari masakan hingga tanaman hias yang ada di rumahnya. Ya, beliau hanya ingin menghibur Killa agar tidak terlalu stres.
"Kalau udah sembuh, kamu bisa main ke rumah Tante lagi, ya."
"Makasih, Tante."
"Nginep juga boleh kok," ujar Vei dengan santainya.
Killa mengigit bagian bawah bibirnya, ia melirik Barra yang menarik-narik lengan baju sang mama. Entah apa yang tengah Barra gumamkan pada Vei. Killa tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BarraKilla
RomanceLENGKAP! Follow akun ini sebelum baca🐧 Warning! Peringatan! Cerita ini bisa membuat kalian mengumpat, menangis, dan tertawa (jika satu SELERA)🍭 "Barr, aku juga nggak tahu kenapa Raden nyium aku." "Shit! Diem, Bego!" "Maaf." "Tahu nggak, kenapa gue...