KALIAN SEDANG APA PAS DAPET NOTIP BARRAKILLA UP?
Hari ini di sekolah sudah disuguhkan dengan pelajaran Kimia. Harapan Barra ingin datang ke sekolah telat itu akhirnya sia-sia. Tidak terwujud. Sebab, tetap saja mereka tiba sebelum bel masuk berbunyi.
Barra membagikan buku panduan belajar Kimia yang ia ambil dari perpustakaan atas perintah Bu Sifa. Ia mendumel tidak jelas karena merasa tidak terima dirinya disuruh-suruh. Padahal 'kan seharusnya Deni- sang ketua kelas yang pantas disuruh-suruh.
Bu Sifa menjelaskan di depan kelas tentang materi pertama di semester satu yang harus dikebut karena akan bentrok dengan banyaknya ujian-ujian nantinya.
Killa menundukkan kepalanya, merasa pusing luar biasa. Pandangannya berkunang-kunang.
Barra tiba di bangku milik Killa dan Ratih. Ia mengedikkan dagunya, bertanya pada Ratih. "Temen lo kenapa, deh. Kok nunduk terus?" tanya Barra pelan sambil menyodorkan buku panduan Kimia itu.
Ratih menghela napas. Ia seketika menoleh pada Killa. Dari tadi Ratih terlalu fokus pada buku lesnya. Jauh-jauh hari, Ratih sudah mempelajari materi Kimia yang akan mereka bahas saat ini. Beda sekali dengan Killa yang jarang belajar.
"Kill...." bisik Barra seraya menaruh buku panduan itu di hadapan sang pacar. "Lihat gue dong!"
Ratih memutar mata. Berpikir, harus kah ia peduli?
"Woi, temen lo kesambet nih. Lo malah diem aja."
Ratih mendelik tajam. "Temen gue ini pacar elo. Sebagai pacar, seharusnya elo dong yang lebih perhatian ke Killa."
Deg!
Benar juga. Barra langsung diam. Ia berpindah dari bangku Killa ke bangku siswa-siswi lain lalu kembali duduk di kursinya.
Killa sendiri bisa mendengar suara-suara bisik Barra dan teman satu kelasnya. Namun, ia lebih memilih menundukkan kepala karena jika ia dongakkan kepalanya itu, maka terasa berat sekali. Killa memijit sebentar pelipisnya sambil menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. Seisi ruangan itu seakan-akan semua berputar-putar.
"Lo kenapa?" tanya Ratih mulai perhatian.
"Nggak papa kok," jawab Killa. Ia tahu waktu yang Ratih punya itu sangat berharga. Cewek itu tidak pernah menyia-nyiakan waktunya. "Lo lanjut nyimak Bu Sifa aja."
"Lo... beneran nggak papa?" tanya Ratih lagi memastikan.
Killa mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban iya yang Ratih tunggu-tunggu.
"Oke deh," Ratih kembali menyimak pelajaran Kimia dari Bu Sifa.
Selama pelajaran berlangsung, Killa tidak bisa menyimak dengan benar pelajaran dari Bu Sifa. Dan yang paling mengerti Killa itu hanya Raden. Cowok itu berusaha keras agar bisa berinteraksi dengan Killa. Barra yang melihat Raden tengah menulis surat untuk Killa langsung mendengkus.
KAMU SEDANG MEMBACA
BarraKilla
RomanceLENGKAP! Follow akun ini sebelum baca🐧 Warning! Peringatan! Cerita ini bisa membuat kalian mengumpat, menangis, dan tertawa (jika satu SELERA)🍭 "Barr, aku juga nggak tahu kenapa Raden nyium aku." "Shit! Diem, Bego!" "Maaf." "Tahu nggak, kenapa gue...