LENGKAP! Follow akun ini sebelum baca🐧
Warning! Peringatan! Cerita ini bisa membuat kalian mengumpat, menangis, dan tertawa (jika satu SELERA)🍭
"Barr, aku juga nggak tahu kenapa Raden nyium aku."
"Shit! Diem, Bego!"
"Maaf."
"Tahu nggak, kenapa gue...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MINTA TOLONG (LAGI) PAKE HURUF KAPITAL/BESAR SEMUWA. YANG BANYAK. ADA KEJUTAN DI PART INI. HEHEHE.
"Gila! Ini nggak bener!" Killa tidak memejamkan mata. Kedua bola matanya terbuka lebar, ia meronta. Mendorong-dorong dada Raden agar melepaskan ciuman yang tidak diinginkan itu.
Bisa Killa rasakan Raden tengah mencumbunya dengan lembut, sepenuh hati. Seakan ciuman itu mengatakan, "ini perasaan gue selama 3 tahun terakhir."
Sempat tidak percaya. Namun akhirnya Killa menyadari, hal yang dianggapnya mustahil- bisa terjadi.
Tahu mengapa bagi Killa perasaan Raden untuknya itu mustahil? Karena selama ini Killa tidak pernah menganggap Raden 'laki-laki', seperti ia menganggap Barra, Alex, Kai, dan lainnya. Maksudnya, Killa berteman dengan Raden tanpa memandang gender dan melupakan hal itu. Sampai ia lupa, kalau Raden laki-laki normal. Di mana hati dan perasaannya itu masih berfungsi dengan baik.
Killa tidak menikmati ciuman itu sama sekali. Pikirannya melayang memikirkan potongan-potongan kebersamaan mereka dulu. Seolah-olah itu memang ciuman sebelum perpisahan terjadi. Atau mungkin... hadiah perpisahan yang bisa Killa beri? Tapi, Killa tidak mau!
"Engh!" Killa gigit bibir Raden sekuat tenaga sampai laki-laki itu melepaskan ciumannya.
Napas Raden terengah-engah. Bola matanya memerah nanar, menatap Killa sayu sedangkan perempuan itu membalas tatapannya dengan tajam. Sangat tajam.
"Nggak gini, Den." Killa mengusap bibirnya, berusaha menghilangkan bekas ciuman Raden. Jujur, Killa ingin marah pada Raden. Ia tidak menyangka. "Cara lo salah."
Raden terdiam. Menahan perih lidahnya yang digigit kuat oleh Killa. Bisa-bisa muncul sariawan nanti.
"Lo bener-bener udah berubah, Den."
Bodohnya Killa, sedari tadi ia tidak menatap ke depan. Di ujung sana, berjarak beberapa meter di hadapan Killa- ada Barra yang tengah berdiri tegap dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.
Nah, pada saat itu Killa baru merasakan jantungnya bertaluan cepat. Sangat cepat. Bisa-bisa melebihi kecepatan cahaya.
Killa mundur satu langkah lagi saat Raden masih berusaha menggapai kedua tangannya untuk digenggam. Bukannya Killa tidak sudi, tapi ia memang tidak mau Raden bersentuhan fisik dengannya.