*18. Tidak Terduga*

183K 14.7K 3.3K
                                    

Barra bangun lebih awal dari Killa, ia menutupi wajahnya sebentar dengan telapak tangan. Kaget karena lampu kamar menyinarinya begitu terang, padahal 'kan tadi malam sudah ia matikan.

"Engh," Barra melenguh, mengubah posisinya menjadi duduk lalu merenggangkan tubuh. Ia mengamati Killa yang tidur pulas di sampingnya.

Sedikit tidak menyangka, Barra bisa tidur satu ranjang dengan cewek. Dan tidak melakukan apa pun. Murni tidur biasa.

Mengucek matanya, Barra menghela napas berat. Ia menaikkan selimut putih itu agar membalut hangat tubuh Killa. Kemudian, ia turun dari ranjang. Bergegas untuk mandi dan siap-siap berangkat ke sekolah. Membiarkan Killa tidur dengan tenang. Bahkan, Barra bergerak sepelan yang ia bisa agar tidak membangunkan Killa. Sebab ia tahu, cewek itu butuh banyak istirahat.

Tak butuh waktu lama bagi Barra untuk mandi dan berganti seragam sekolah. Ia memang punya banyak seragam sekolah- lebih dari satu. Untuk jaga-jaga. Tidak seperti Killa, hanya punya satu seragam saja. Ya, itulah bedanya anak sultan dengan orang biasa.

Barra mengambil ponselnya, menghubungi salah satu orang yang biasa ia suruh-suruh. "Siapkan dua menu sarapan. Bawa ke unit apartemen saya."

Setelah mengatakan dua kalimat itu, Barra mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, bahkan ia belum sempat mendengar ucapan orang yang diajaknya berbicara itu. Terlalu terburu-buru.

Bola mata Barra membeliak terkejut saat mendapatkan satu notifikasi tak terduga.

Aw.killaa memperbarui My Destiny - 21. David Marah.
Kemarin pukul 11:12 PM

"Kapan dia nulisnya?" Barra bergumam. "Berarti, dia nggak langsung tidur semalem."

Tatapan mata Barra mengarah pada Killa setelah membaca notifikasi di ponselnya itu.

Bunyi bel apartemen yang menandakan ada tamu di luar, membuat Barra melangkahkan kakinya ke arah pintu. Ia membuka pintu apartemennya dan sosok Anton dengan setelan rapinya sudah ada di depan pintu seraya membawa nampan berisi dua mangkuk oatmeal pesanan Barra.

"Makasih," ucap Barra menerima nampan dari Anton tersebut. Tidak seperti biasanya, Anton masih berdiri di hadapan Barra. Berusaha mengintip ke arah dalam apartemen Barra. "Ada apa?"

"Nyonya sama Tuan tadi malem nyariin Den Barra," ucap Anton dengan sedikit gugup.

"Kamu bilang kalau saya ada di sini?"

"I-iya," jawab Anton jujur. "Habisnya Nyonya telepon saya terus. Kayaknya lagi khawatir banget."

"Ya, udah. Sana, pergi. Saya mau sekolah habis ini."

Tanpa menunggu Anton berlalu, Barra menutup pintu apartemennya lalu melangkahkan kaki menuju ke kamar. Ia menaruh nampan itu di atas nakas.

Tangan Barra mengambang di udara, ia berniat akan membangunkan Killa. Mengajak cewek itu untuk sarapan bersama. Namun, Barra melihat Killa tidurnya sangat pulas sampai-sampai cewek itu mengeluarkan air liurnya alias ngiler.

Bulu kuduk Barra merinding, ia sontak menjauh secara otomatis dari tubuh Killa. Ia lebih memilih meninggalkan cewek itu saja. Barra sarapan sendirian lalu berangkat ke sekolah. Sebelum itu, Barra sudah mengirimkan beberapa chat untuk Killa. Yang nantinya akan Killa baca setelah bangun tidur.

BarraKillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang