Welcome In My Story!
Happy Reading :)
ARA'S
Burung mulai berkicauan, langit berwarna biru terang, matahari menyelinap masuk kedalam kamar seorang gadis melalui celah jendela.
Karena keributan dari luar, membuat alam mimpinya disadarkan segera. Membuka mata perlahan-lahan, hingga netra cokelat terang yang indah langsung terpampang jelas dialam dunia.
Dia menengok kesamping, seketika cemberut dengan kaki ditendang-tendangkan ke udara. Tampak keki sendiri tanpa tahu penyebab.
Baju piyama yang masih compang-camping, dia langsung berdiri dengan wajah garang. Helaan napas memburu dengan rambut mengembang membuat tampilannya betulan seperti siluman singa.
Ketika pintu terbuka, darah emosi-nya semakin meletup-letup saja. "Ajim banguunn, Ajim udah janji mau bawa Ara ketoko buku hari minggu!" Ia berdiri sambil mengguncangkan bahu Azam yang masih terlelelap dengan tenang.
"Iihhh, Ajiimmm banguunn!" Tahan, tahan. Dia harus menahan gigi taringnya agar tidak keluar.
Tidak juga mendapat respon, membuat Ara yang sebal seketika mengambil gerakan impulsif yang pasti ampuh. Menaiki punggung Azam seraya mendekatkan kepalanya dengan kuping Azam, "AJIIIMMM BANGUUNN! AJIM UDAH JANJIII!" Lengkingan suara tidak kira-kira membuatnya sial sendiri. Terhempas kekasur, kala objek yang sedang dia bangunkan menggerakkan punggung dengan decakan.
"Ajim bangun, Ara dari tadi udah bangun, nungguin Ajim." Kini Ara ikut tengkurap disebelah Azam dengan kepala yang saling berhadapan. Bohong, belum juga sampai lima menit dirimu terbangun!
Namun ternyata usahanya membuahkan hasil yang berhasil merubah wajah muram menjadi berbinar seketika. Tersenyum sangat cerah dengan mata bersinar-sinar.
Azam yang baru saja membuka mata, merasa gemas sendiri melihat wajah Ara. "Masih subuh." Seakan tidak memiliki dosa, dia dengan santai kembali memejamkan mata.
"Iihhh udah jam sembilan, Ajim!"
"Lima menit lagi, deh." Azam menaruh tangannya diatas punggung Ara.
"Beneran?"
"Iya."
"Jarum panjang ke angka dua Ara bangunin Ajim lagi!"
"Oke baik, Princess."
Secepat, dan semudah itu. Ara sudah dibuat tertawa senang. Sembari menunggu, tangan lentiknya bermain diatas kepala Azam, memainkan rambut legam hitam itu untuk menghalau bosan. Terkadang juga menekan-nekan pipi Azam bak slime.
"Ajim, udah ke angka tiga jarumnya." Ara menarik rambut Azam, bermaksud membangunkan.
Oh, cepat sekali? Azam yang masih mengantuk memberi tawaran kembali, "Lima menit lagi." Ujarnya tanpa membuka mata.
Oh, ayolah. Ini hari minggu, sudah seharusnya anak sekolah bermalas-malasan dengan bangun siang.
"Tadi udah Ara tambahin lima menit, Ajim. Terus Ajim tambah lagi lima! Jadinya sepuluh menit!" Ara mulai kesal hingga mengoceh dengan suara nyaring.
Azam melihat Ara dengan sebelah mata terbuka. "Yaudah, tambah satu lagi yang terakhir."
Mata Ara rasanya ingin keluar dan menggelinding saja saking besarnya pelototan, "Nggak mau sama Ajim!" Memakai mode merajuk. "Ara pergi sendiri aja!" Kemudian menjauh dari Azam dan berdiri dengan wajah angkuh ketika cowok itu membuka mata dengan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romance"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...