•Happy Birthday, Princess•

8.9K 873 95
                                    

WARNING!
Hati-hati mimisan.

Happy Reading!

ARA’S

•  •  •

Ara mengurungkan niatnya untuk meminta hadiah pada Azam seperti yang sudah dia rencanakan sejak awal. Meminta lelaki itu agar membawanya dimana tinggal sekarang, sambil membuka banyaknya kado dari teman-teman.

“Ada yang mau dibeli sebelum pulang ini?” Azam bertanya karena mumpung mereka masih diluar menuju pulang.

Ara mengerjap, lalu mengangguk mantap.

Jadi, lo takut kue dan lilin? Astaga, ternyata lo lebih naif dari yang gue kira ya. Naura, Naura, modal tampang doang ternyata.

Tulisan itu kembali dia baca, tepat diujung roftoop bagian belakang saat dia dan Azam memutuskan untuk pulang. Saat dia menarik tangan Azam seraya menatap lelaki itu agar ikut melihat, tulisan itu menghilang seketika.

Lo benar-benar nganggap gue becanda? Tunggu aja waktunya tiba. Lo benar-benar hancur! Dan Azam, nggak mungkin lagi peduli sama lo. HAHA.

Dan tulisan kedua itu, dia dapat saat sudah berada didalam mobil. Dengan segera tangannya menarik tangan Azam dan pandangan tak lepas dari tulisan itu. Namun, saat Azam menoleh, orang itu kabur yang membuatnya mendesah kecewa. Lalu, kalian tahu bagaimana reaksi Azam?

“Mereka nggak ada lagi, Ra. Udah ditangkep polisi. Still feeling fine, princess. Cause i'll always by your side. Okey?” Dan ditutup dengan kecupan singkat disisi kepala.

“Ra? Heh, ditanya malah melamun.”

Ara menoleh kesamping, tampak Azam yang tengah mencondongkan tubuh kearahnya karena tengah berhenti dilampu merah. Dia membasahkan bibir yang mendadak terasa kering, “Ara mau hadiahnya sekarang, Ajim.” Ujarnya dengan nafas sedikit tak teratur. Antara marah, sedih, kesal.

“Apa?”

Ara menarik napas, “Kue ulang tahun dan lilin angka enam belas.”

Tatapan Azam yang teduh perlahan berubah menjadi tatapan tajam penuh intimidasi, merasa aneh dan terlalu mendadak oleh permintaan Ara, “Kenapa?”

“Kenapa apanya, Ajim? Ara mau itu! Ara nggak pernah dapetin itu dari Ajim.”

Azam menggeleng tidak setuju, “Nggak, selain itu. Novel terbaru? Ice cream? Peluk—”

“Ara mau itu, Ajim! Ara nggak mau tau!” Ara mulai berteriak.

Azam terus menyorot pancaran mata Ara dengan lekat, mencari sesuatu yang tersembunyi disana, “Apa yang kamu sembunyikan?”

Tiiinnnn.

Klakson panjang membuat Azam segera menegakkan tubuh dengan langsung meng-gas mobil, kemudian menghembuskan nafas lelah sambil sesekali melirik kearah Ara yang memandang tajam kedepan. Dia mengambil dagu Ara agar mau bertatapan dengannya, tersenyum simpul agar gadis itu merasa tenang kembali, “Oke, kita beli.” Tidak ada yang bisa Azam lakukan, selain menuruti kehendak Ara terlebih dahulu.

ARA' S[completed!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang