•Dewasa-nya Ara•

13.7K 828 85
                                    


Nepatin janji nihh.

Happy Reading!

______________________________

Ara membuka pintu belakang hingga matahari pagi yang cerah langsung menyapa. Jika diperkira, saat ini sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

Ara langsung menghampiri meja makan, mencolok alat pembakar roti untuk dipanaskan kemudian mengambil beberapa helai roti tawar yang diberi selai cokelat Nutella. Memanggangnya didalam alat yang berukuran sedang itu.

Dia berjalan ke rak piring, mengambil gelas tinggi disana dan dibuatkan susu Milo disana.

Perkara hubungan mereka selama tiga bulan lama-nya yang sudah berjalan ini, tentu saja tetap sama. Bertengkar, berdebat, gigit-gigitan, berbaikan, kemudian berakhir romantis.

Untuk keperibadian Ara, gadis itu sudah bisa berpikir dewasa kini. Suatu perubahan yang mengejutkan!

Namun tetap, nada bicaranya sama. Permintaan yang tidak langsung dikabulkan? Ya tidak apa-apa, dia sabar menunggu. Menangis? Dia tidak mau mengecewakan hati Ryan lagi. Bermanja dengan Azam? Tentu saja dia tidak akan menghilangkan kebiasaan yang itu!

Namun kini dia tahu waktu kapan saja bisa bersantai dan mempacati cowok itu. Kini dia lebih rajin dan melaksanakan dengan patuh pekerjaan rumah yang pernah Azam beri.

Dia berjalan kekamar, membuka gorden lebar-lebar hingga cahaya matahari yang mulai menyengat masuk kekamar apartmen mereka. “Ajim... Bangun!”

Azam menggeliat malas, membuka matanya setengah kemudian menutupnya lagi.

Ara melotot, menghampiri Azam seraya menarik tangan cowok itu sampai terduduk, “Ajim, bangun! Nanti sarapannya dingin, nggak enak lagi!” Terus menarik dengan kuat hingga cowok itu berdiri.

Azam berdecak pelan, “Masih pagi, Ra. Ntaran dulu.” Ujarnya malas-malasan dengan mata tertutup namun tidak banyak menolak tarikan Ara.

“Ajim itu mau UN, harus punya stamina dan energi yang banyak! Sarapan pagi bikin otak kita berjalan lancar, jadi nggak asal-asalan jawabnya!” Selain rajin, Ara berubah menjadi lebih bawel mentang-mentang menguasai ilmu ipa-nya. Dia menoleh, memicing kesal seraya mengambil gelas susu itu kemudian menempelkannya dipipi Azam sekilas.

Azam terkejut, cepat-cepat membuka matanya seraya menggosok pipinya yang panas dengan delikan kearah Ara yang ikut mendelik.

Ara menekan bahu Azam hingga terduduk dikursi, lalu mengitari meja dengan riang untuk menduduki kursi yang berada didepan Azam.

Azam berubah berbinar seketika, “Wah, ini kamu yang siapin? Tumben?”

“Enggak, tadi manggil bi Inem dulu.”

Azam mengangguk mengerti, meminum susu cokelat itu dengan nikmatnya.

Ara mengerang, memukul bahu Azam kuat-kuat dengan mengerucutkan bibir, “Ya Ara yang buatin, lah, Ajim!”

Uhuk uhuk!

Ara membantu Azam mengusap punggung cowok itu agar batuknya mereda.

“Serius?” Tanya Azam menaikkan dua alisnya tinggi-tinggi. Biasanya dia yang menyiapkan sarapan sementara Ara menge-pel lantai.

Ara mengangguk semangat dengan senyum mengembang, “Iya. Enak, nggak?”

Azam ikut tersenyum, menghabiskan susu itu dengan semangat lalu mengangguk cepat, “Enaklah, apalagi dibikin sama cewek cantik.” Godanya menaik turunkan kedua alis.

Ara melotot, “Mau Ara gigit?!” Semenjak 'malam' itu, dia kini lebih sensi digoda oleh Azam dan akan tetap menggigit cowok itu jika melakukannya.

ARA' S[completed!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang