Azam duduk dibalkon kamarnya, tubuhnya memang disini tetapi tidak dengan fikiran dan raganya.Bagaimana bisa masalah selalu datang silih berganti pada dirinya? Begitu banyak orang orang yang ingin membahayakan keselamatan Ara.
Jika saja hal ini tidak ada menyangkut masa lalu nya, Azam tidak akan sepusing ini untuk memikirkan. Ia yakin seratus persen, semua laki laki yang mendekati Ara tidaklah benar benar serius, pasti ada salah satu dari mereka yang bersangkutan dengan masa lalunya.
“Aduh... Aw, Ara!” Azam tersentak saat kupingnya tiba tiba ditarik paksa oleh tangan seseorang.
“Ajim daritadi Ara panggilin! Lagi mikirin apa? Selangkangan cewek?!”
“Heh!” Kali ini Azam tak segan segan menepuk keras mulut Ara, membuat gadis itu memekik kesakitan, “Siapa yang nyuruh kamu ngomong kasar?!” Marah Azam. Dia sangat tidak suka jika Ara berbicara kasar dan vulgar. Masalahnya, gadis itu asal bicara tanpa mau tau apa artinya.
“Bang Kep sering bilang gitu!” Ujar Ara tak mau disalahkan.
“Sekali lagi kamu ngikutin gaya bang Kep kesayanganmu itu, awas!” Desis Azam menatap Ara tajam yang bediri didepannya.
Ara ikut memberi tatapan tajam, “Biarin!” Dia menjulurkan lidahnya, membuat Azam berdiri dan menarik kedua telinga Ara sebagai hukuman.
“Ngomong lagi.”
Ara mengaduh kesakitan, “Iya iya ampun, Ajim. Sakit tau!” Ujarnya berusaha melepas tangan Azam.
Azam menggantikan jewerannya menjadi usapan lembut, terkekeh melihat Ara yang menatapnya begitu tajam, “Biasa aja liatnya.” Azam mengusap telapak tangannya diwajah Ara, namun bukannya terpejam gadis itu malah semakin membesarkan pupil matanya. Azam tergelak, kembali duduk dikursi dan menarik Ara agar ikut duduk. Tentu saja dipangkuannya.
“Ajim!” Panggilnya dengan nada tidak bisa dikondisikan.
“Apa?” Tanyanya lembut.
“Kita jadi ke AS kan, Ajim? Ke Disney Land!”
Azam mengangguk, “Iya, jadi. Tapi cuma dua hari setelah itu pulang.” Ujarnya lembut.
“Ih, kok cuma seb–?”
Tok tok
“Den, ada temannya tuh dibawah!”
Suara Bi Inem terdengar dengan logat jawanya yang kental.
“Suruh masuk aja, Bi.” Teriak Azam, ia sangat yakin, bahwa yang datang itu adalah dua benalunya.
“ASTAGHFIRULLAH, ANAK MUDA!”
“Sungguh, terlalu...”
Kyle dan Kevin berdiri diambang pintu dengan Kyle menutup hidung Kevin, begitu pula sebaliknya.
“Mata polos kita ternodai!” Teriak Kyle sarkatis.
“Lo nutupnya dimana, bego?!”
“Lah, elo juga, ogeb!”
Azam menoleh kebelakang, begitu juga Ara.
“Hai Bang Kep!” Sapa Ara girang.
Kevin dan Kyle mulai berjalan, menyusul dua manusia itu dengan mesranya duduk dibalkon kamar.
“Hai juga!” Sapa balik Kevin, mengambil kursi satu lagi didepan Ara dan Azam duduk.
“Gue nggak disapa balik, nih?” Tanya Kyle dengan nada yang begitu menyebalkan ditelinga. “Ini kursinya emang dua? Gue duduk dimana dong?” Protes Kyle.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romansa"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...