Happy Reading!ARA’S
• • •
Ara berjalan sedikit meragu, sesekali membasahi bibirnya yang mendadak terasa kering.
KETAMAN SAAT KELUAR MAIN PERTAMA DAN KALAU LO NGGAK DATANG, SIAPKAN MENTAL LO UNTUK TERUS GUE TEROR, BAHKAN LEBIH!
DAN JANGAN BAWA PARA PAHLAWAN LO, KALAU LO INGIN SELAMAT.
‘Lagian, kan, nanti bisa telpon kak Rai.’ Bathinnya berusaha memberanikan diri kemudian mengangguk sendiri. Ia memutar tubuhnya berkali-kali, sepi dan hanya ada bangku-bangku kosong disekitarnya. Sebenarnya, ia tidak ingin pergi kesini. Namun Nita bilang, ikuti saja alur peneror itu agar Ara cepat terbebas dari untaian kalimat hujatan itu.
Ara terkesiap saat ia berbalik sudah menemukan dua orang asing yang berjalan kearahnya. Atribut yang ada ditubuh mereka, jelas palsu semua. Topeng yang menutupi keseluruhan wajah mereka, rambut yang kentara sekali menggunakan wig dan jubah besar menutupi leher hingga hampir menyentuh tanah menutupi tubuh mereka.
Ara meneguk ludahnya seperti menelan kerikil, begitu menakutkan dan menyeramkan dari yang ia temui ditoilet kemarin. Napasnya tersendat-sendat saat dua orang itu sudah berdiri didepannya, mengerjap beberapa kali untuk menghilangkan rasa takutnya. ‘Telpon kak Rai kalau butuh!’ Bathinnya terus-menerus merapalkan kalimat itu.
“Mental yang cukup tinggi!”
Ara terdiam saat mendengar suara aneh itu, suara yang disamarkan seperti menggunakan suatu alat. Niat sekali memang. Lalu perempuan disebelahnya bertepuk tangan namun tak berbunyi karena sarung kain yang terbalut dijemari mereka.
“A-apa mau kalian?” Tanya Ara takut-takut.
Salah satu perempuan tertawa kencang, yang membuat suaranya seperti nenek sihir karena alat penyamar suara itu.
“Mau kita? Jadi lo belum mengerti maksud teror kami itu?!”
Ara mengerjap takut saat suara orang itu mulai meninggi. Kini ia tahu, dua orang penyamar inilah yang telah menerornya.
“Mana ngerti dia, kak. Orang anaknya naif kek gitu, juga.” Ucap salah satu yang lain, kemudian dibalas tawa mengejek oleh orang yang dipanggil 'kakak' itu.
Ara berusaha mati-matian menahan air matanya. Mereka terlihat cukup menyeramkan dan agresif kejahatannya. Ia sedikit melebarkan pupilnya saat salah satu dari mereka maju, mencengkram rahangnya namun tak terlalu kuat hingga topeng berhidung besar mengerikan itu tepat didepan wajah Ara.
“Peringatan ini, adalah peringatan yang terakhir, Naura Kiara.” Ucap seseorang itu penuh penekanan dan emosi, “Dan kalau sampai lo belum juga menjauh dari milik gue,” Tangannya mengeluarkan sesuatu dari balik jubah itu, sebuah senjata api kecil namun cukup membahayakan, “Gue nggak akan segan-segan menghabisi lo, terus menyabotase dengan cara gue bahwa pelakunya adalah Azam.” Ia melepaskan rahang Ara dengan cara menghempasnya, “Lagian, emangnya lo mau dalam bahaya karena dekat Azam terus? Dia punya banyak musuh yang siap mencelakai lo kapan saja dan sangat membantu gue untuk menyingkirkan lo. Makanya, jangan bodoh!” Ucapnya mengejek, dan pergi dari sana diikuti dengan perempuan lainnya.
Ara tercenung dengan hati meremuk. Ia segera mengambil ponselnya dan menelepon Ryan namun tatapannya tetap kosong kedepan. “K-kak Rai...” Panggilnya sangat lirih dan mata berlinang.
“Lo lagi dimana sekarang?!”
Ara mengerjap, saat itu pula segumpal kaca bening jatuh dari pelupuk matanya saat mendengar suara khawatir itu. “Ditaman.” Beritahunya kemudian sambungan langsung ditutup oleh Ryan dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romance"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...