Ara berguling kesana kemari dikasur, tangannya yang selalu terkepal tak bisa berhenti untuk tidak memukul mukul organ tubuh apapun yang ada pada Azam.“Kenapa Ajim bacainnya sampai ending?! Ara jadi ikutan sedih kan!”
Azam hanya tersengir kuda tanpa merasa bersalah sedikitpun. Ia hanya penasaran saja, bagaimana satu ending saja dari semua novel yang Ara beli. Wajar saja, selama ini Ara tak suka membaca novel, dan Azam yang membacakannya setiap kali gadis itu ingin.
“Sini deh.” Ujar Azam berusaha mengangkat tubuh Ara yang sengaja diberat beratkannya, “Nggak mau?”
Sontak saja Ara memberi tubuhnya sempurna untuk dibawa Azam. Laki laki itu menaruh Ara disampingnya dengan kepala gadis itu yang bersender didadanya, tangan Azam terlingkar dipundak Ara.
“Bunda sama Ayah kamu belum bisa pulang dalam bulan ini.”
“Bulan?” Tanya Ara tak percaya, kepalanya sedikit terdongak untuk menatap Azam. Ia juga seperti sudah melupakan masalah sad ending tadi.
“Ehm... Iya.” Azam mengelus kepala Ara guna menetralisirkan kesedihan gadis itu.
Terkadang Azam berfikir, pertemuan dia dan Ara adalah kebetulan atau sebuah takdir? Jika tidak ada dirinya, bagaimana kabar Ara, pikiran gadis yang lugu dan mudah hancur. Belum lagi masa lalu kelamnya, membuat ia semakin berfikir pendek, membuat ia tak percaya bahwa ia tidak bisa berdiri sendiri tanpa Azam, semua beban hidupnya ia tumpahkan pada laki laki itu tanpa sisa.
“Emang Ayah sama Bunda masih di aussie ya, Ajim?” Suara Ara kembali terdengar pelan, sirat akan kesedihan didalamnya.
Azam menggeleng, menaruh dagunya diatas kepala gadis itu. Berusaha mencari jawaban yang tidak menimbulkan fikiran aneh lainnya yang ada pada otak gadis ini.
“Terus?” Tanya Ara mendesak.
“Hem...” Azam tak benar yakin jawabannya tidak menyusahkan dirinya sendiri, “Di AS.” Azam menyebutnya seperti abjad dalam bahasa inggris.
Ara menegakkan kepalanya, duduk sempurna menghadap Azam. Tak lupa matanya yang berubah berbinar namun masih menyisakan bendungan air yang tertahan.
Sementara Azam? Laki laki itu mendesah pasrah, tidak mungkin bagi Ara untuk tidak meminta keanehan padanya.
“Ajim, kita nyusul yuk!” Ara melompat lompatkan badannya diatas kasur, “Ara mau ke Disney Land seperti orang orang terus di posting ke instagram!”
Azam melotot, dari mana Ara mengetahui tempat semacam itu?
“Kita sekolah, Ara. Kamu juga kan masih murid baru, masa udah langsung libur aja?”
“Nggak apa apa, Ajim. Kan cuma sebentar!” Ara masih bersikukuh
Azam mengeluarkan senjata ampuhnya pada Ara, tersenyum dan tatapan teduh. “Ajim latihan basket, masa kaptennya pergi?”
Ara terdiam, “Ara pengen.” Ujarnya menunduk, mulai mengeluarkan air mata disana.
Azam geleng geleng kepala, gadis pengiba. Ia duduk, mengambil tubuh Ara namun dengan cepat gadis itu menggeleng pelan dan memundurkan badannya menghindari tangan Azam hingga terjatuh dilantai.
“Tuh kan.” Azam terkekeh geli saat melihat Ara terbaring tengkurap lemah yang untung saja diatas karpet berbulu, ia mengulurkan tangannya untuk mengangkat Ara, namun gadis itu segera menepis tangannya.
Tidak juga,
“Ada kecoa, Ra!” Ujar Azam sambil mengangkat paksa tubuh Ara. Namun Gadis itu malah bertahan diri dengan menggenggam kumpulan bulu karpet disana, hingga ikut terbawa keatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romance"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...