Bibir tipis kemerahannya tak bisa berhenti mengoceh, gestur tubuh mungil yang selalu bergerak lincah, ntah itu merapihkan rambut indah bergelombangnya, menoleh kekanan-kiri untuk melihat keadaan lingkungan ruangan in door ber-ac tempat dia menunggu saat ini, ataupun mengusili dengan mencoel bagian wajah pria disebelahnya yang tak pernah absen untuk menghadirkan warna kebahagiaan dikehidupannya. Jangan lupakan tawa yang selalu keluar tanpa hentinya akibat candaan ataupun kelitikan maut lelaki itu.
“Ajim!” Teriaknya sembari mencengkram heboh pundak Azam yang duduk disebelahnya, menghadapkan tubuhnya kearah lelaki itu sepenuhnya.
“Apa?” Tanyanya menyerngitkan dahi.
“Hp Ara mana?!” Tak tanggung-tanggung, gadis itu sampai ingin mengeluarkan bola mata bersinarnya.
Azam meraup wajah Ara dengan jemari besarnya gemas, “Santai aja.” Dia meluruskan kakinya, memasukkan tangannya kekantong lalu mengulurkan benda pipih ber-case pink itu kearah Ara, melihat wajah berseri dan bahagia gadis itu membuat dia ikut tersenyum.
“Terimakasih, Ajim!” Dia berkata riang, tangannya terulur untuk mengambil handphone miliknya, namun lelaki itu menjauhkannya dengan senyum tipis lelaki itu, membuat Ara memanyunkan bibirnya. “Ih, Ara mau mainin hp Ara, Ajim!” Ujarnya kesal.
Azam terkekeh. Dia menunjuk pipinya berkali-kali untuk dikecupi oleh Ara, dan tentu saja dituruti cepat oleh gadis itu.
“Udah, Ajim. Siniin handphone Ara.” Rengeknya dengan wajah yang membuat Azam gemas bukan kepalang. Dia berbinar senang, karena lelaki itu kembali mengulurkan hak miliknya, namun seperti tak memberi kesempatan, Azam menjauhkannya lagi, membuat Ara semakin mengerang kesal. Ara berbalik untuk memunggungi lelaki itu dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada.
Sementara Azam terkekeh puas, “Ini.” Ujarnya mengetuk-ngetukkan pelan benda pipih itu kepunggung Ara, memajukan duduknya agar dapat menjangkau tubuh Ara dengan mudah nantinya.
“Nggak mau! Ajim mainin Ara.” Ujarnya kesal, menolehkan kepalanya kesamping untuk melihat Azam dari sudut matanya, membuat Azam tergelak puas.
“Mainin apasih?” Tanyanya dengan senyum tertahan.
“Mainin itu!” Ara berbalik cepat, tanpa aba-aba langsung merampas hp-nya dari jemari Azam, “Ish... Ara mau chat teman-teman Ara, Ajim!” Ujarnya berusaha menarik handphone-nya yang terperangkap erat dijemari besar Azam.
“Ini dulu.” Ujar Azam menunjuk pipinya sebelah lagi yang belum dikecupi oleh gadis itu dengan masih mempertahankan benda yang sedang mereka perebutkan. Bukannya apa-apa, Azam hanya selalu senang dan puas ketika melihat wajah kesal Ara yang begitu terasa menggemaskan dipandangannya.
“Nggak mau! Ara ngambek sama Ajim!” Teriak Ara kesal. Disaat dia kesusahan menarik paksa hp-nya dengan seluruh tenaga dalam yang ia kerahkan, lelaki itu malah dengan santainya menahan dengan sebelah tangan saja, membuat Ara semakin mengerang emosi.
“Yaudah, handphone nya nggak dibalikin.” Ujar Azam santai.
Ara berhenti berusaha menarik sambil menatap Azam tak bersahabat, dia mengecup singkat wajah Azam lalu menjauhkan wajahnya lagi, “Udah!” Ujar Ara ketus.
“Yang manis dong.” Ujarnya sambil menghadap kearah Ara sepenuhnya, dengan sebelah tangan Azam yang berada disenderan belakang tempat gadis itu duduki.
Ara menukikkan alisnya garang, menatap Azam sangat tajam. “Yang tadi udah manis!” Emosi Ara tak tertahan.
Azam menaikkan bola matanya keatas, seolah tengah berpikir sesuatu, “Biasanya nggak gitu.” Ujarnya kembali menatap Ara, gadis itu mengeluarkan hembusan nafas sisa emosinya, lalu menghadap dirinya sepenuhnya. Azam tersenyum saat kedua jemari Ara mulai menangkup kedua sisi rahangnya, “Mukanya juga nggak gitu.” Ujar Azam sebelum Ara melanjutkan aktivitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romance"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...