“O’ow, kamu ketahuan!”
Ara mengerjap pelan, sementara kedua manusia yang ada disisi tubuhnya menegang. Dia segera mendongak, mendapati Ryan yang sudah berdiri diantara banyaknya orang berpakaian serba hitam. Celana hitam dan kaos oblong hitam. Dia tersenyum sangat cerah, segera berlari kearah Ryan ketika kedua tangannya terlepas dari cekalan kemudian memeluk lelaki itu sebagai rasa lega dan ucapan terima kasihnya.
Ryan mematung sejenak, lalu mengusap kepala Ara dengan lembut tanpa membalas pelukan gadis yang kini sedang menangis terisak itu.
Kedua manusia topeng tadi segera berbalik arah, dan terkejut lagi saat orang kembali mengepungnya. Tentu saja, Azam ada diantara mereka yang berpakaian serba hitam juga, tak lupa dengan bibir tersunging penuh evil.
Azam menaikkan kedua alis karena dua orang itu masih berusaha kabur, namun lagi-lagi terkepung hingga mereka dilingkari oleh seluruh lelaki berpakaian hitam. Tentu mereka sebagai pilihan anggota Stagnasi yang memiliki kelihaian lebih.
Ryan segera melepas tangan yang melingkar dipinggangnya lantaran berefek pada jantungnya. Sungguh dia tidak enak dan sedikit canggung didepan Azam.
Ara segera membalikkan badan, betapa dia terkejut dengan keadaan disekitarnya. Tak menyangka saja, jumlah mereka lebih banyak dari awal yang dia lihat. Dan lagi, ada Azam juga? Ingat, dia masih marah dengan cowok itu!
Azam yang menangkap gerak-gerik itu mencebik kecil karena Ara yang melengoskan pandangan kesamping. Nanti juga pasti balik lagi.
“Heh, dibuka topengnya! Manja amat nunggu dibukain dulu.” Ujar Ryan kesal, menatap dua manusia yang kini menunduk terpaku itu. Mampus! Keringat dingin, dah, tuh! “Woi! Denger, kagak?!” Sentaknya yang membuat Ara terjengkit kaget, “Zam, Coba lo yang ngomong, kali aja mau.” Ryan sungguh tak sabaran ingin melihat siapa kedok dibalik teror itu.
“Buka.” Suruh Azam dingin.
“Ye, mana mau mereka kalau lo begitu! Yang menarik, dong!” Lah, dikira mereka lagi dipasar pameran biar pengunjung tertarik?
Azam mendesis tak suka kearah Ryan, lalu kembali menatap kedua manusia yang ingin sekali dia bunuh detik ini juga. “Lo buka, atau gue yang buka pake pisau biar sekalian muka lo hancur?”
Ara yang mendengar itu meneguk ludah kasar dengan gidikan ngeri. Azam benar-benar menakutkan jika sedang emosi.
Perlahan, kedua orang itu melepas topeng mereka. Setelah setengah terbuka, dengan segera mereka membelakangi Ryan dan Ara.
“Heh, heh! Mentang-mentang Azam lebih ganteng, kalian berdua mau kasih liat wajah ke Azam doang?!” Ryan merasa tidak terima.
Azam membulatkan kedua matanya terkejut. Dia yang jarang mengeluarkan ekspresi, kini mengeluarkan salah satu bentuk emosional. Terkejut hebat. Itu, bukannya...
“Kak Rai, suruh mereka berbalik.” Pinta Ara mendongak untuk menatap Ryan.
“Kalian denger, nggak? Cewek gue suruh balik badan. Cepetan!”
Dua orang itu sudah melepas topeng mereka hingga menampakkan sanggul dibelakang kepala. Benar, mereka adalah perempuan.
Ara memicing untuk memperbesar rasa sabarnya karena melihat aksi gerakan slow motion itu. Saat menit berganti, dengan segera dia membulatkan mata dengan mulut terbuka. Tak tahan, Ara membekap mulutnya yang ingin mengeluarkan teriakan. Perasaan campur aduk, kini menghampiri hatinya. Kecewa, sedih, kesal, marah, namun sedikit lega. “Ka-kalian?” Cicitnya. Dia shock. Ini belum bisa diterima oleh akalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romantizm"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...