•Dipercayai•

7.9K 594 105
                                    


Nih, aku up lebih cepet karena sepertinya kalian udah nggak sabar buat baca yang selanjutnya.

Dan ternyataaa, banyak sekali yang kezel sama Azam.

Azam: “Jangan hujat gueee:(”

Wkwkwk.

Happy Reading! ❤

ARA’S

•  •  •

Diambil scene dari belakang, mereka tampak seperti kembar seiras. Surai panjang kecokelatan yang tertiup angin, dengan tubuh yang sama-sama ramping berkulit putih. Duduk dirumput taman dengan kaki tertekuk membuat mereka tampak semakin kompak.

“Kakak kenapa panggil Ara?” Tanya Ara terlebih dahulu, karena perempuan disebelahnya tak juga membuka suara semenjak kedatangannya. Hanya tersenyum dan menghela napas.

Nia menatap Ara tersenyum, “Nggak ada, pengen ngomong secara langsung aja sama lo.” Ujarnya ringan kemudian kembali menghadap depan.

Ara mengangguk dengan mulut membulat, bingung sekali harus melakukan apa dengan kakak kelas ini. Jujur, ia pun canggung dengan situasi sunyi ini.

“Lo pacar Ryan?” Akhirnya Nia bertanya setelah mengumpulkan niat.

Ara mengangguk tanpa ragu, “Iya, kak Nia.”

Nia mengangguk mengerti, “Setahu gue, lo deket banget sama Azam. Udah kek perangko.” Nia terkekeh.

Ara tersenyum kikuk, “Sebenarnya Ara nggak ngerti pacaran, kak.” Ara mengerjap saat Nia langsung menatapnya.

“Terus kenapa lo terima Ryan?” Tanya Nia masih terkejut.

Ara hanya menggeleng dengan senyuman.

Nia mengusap bahu Ara pelan, “Lo orang beruntung, karena dapat perhatian dan cinta dari Ryan.” Nia tersenyum kearah Ara yang menatapnya bingung, “Dia orang yang humoris dan manis didepan orang yang dianggapnya penting dalam hidupnya.”

“Dari mana kakak tau?” Ara mengerutkan dahi bingung.

Kini giliran Nia yang tersenyum seraya menggeleng. “Lo juga beruntung dicintai Azam. Lo, satu-satunya cewek yang bisa nikmati senyumnya saat semua cewek ditatapnya dingin.” Bukan senyum lagi, maemunah! Pelukan bahkan kecupan aja lu kagak tahu!

“Apa, kak?” Ara mendadak blank.

Nia terkekeh, “Pokoknya lo orang beruntung!” Ia kembali menghadap kedepan, “Pesan gue, jangan disia-sia in. Pilih dengan bijak salah satu dari mereka, jangan egois mau dua-duanya.” Nasihat Nia seperti sedang berbicara dengan anak kecil.

Ara mengerjap. Benar, kah?

Pernah berada diposisi Ara, tentu suatu kebanggan baginya. Namun, dulu ia belum sempat mengambil tindakan hingga membuat dua lelaki itu mulai menjauhinya. Dan kini, ia memberi nasihat pada Ara agar tak bernasib sama dengannya. “Lo tahu, salah satu dari mereka lagi mengalami fase terberat dihidupnya. Dia putus asa, frustasi, nggak ada keluarga.” Nia menatap Ara yang sedang termenung, “Dan karena lo sudah ambil Ryan sebagai pilihan, maka—”

“Ara ngapain disini? Ayo masuk kelas.”

Sontak kedua gadis itu menolehkan kepala kebelakang, menemukan Ryan yang sudah berdiri dibelakang mereka dengan uluran tangan.

ARA' S[completed!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang