•EXTRA PART (II)•

32.1K 1K 105
                                    


Udah lama bgt ya ga up? 😭

Maaf, ya:( Jadi, aku itu lagi sibuk ujian online. Sehariaaannn itu aku ujian jadi ngga sempet nulis deh 😢

Ini aku sempet ngetik dan langsung publish deh, g bisa tidur nyenyak akutu mikirin kalian yang 'katanya' udah nunggu-nungguin part selanjutnya. Hehehe author kege-er an ya giniiii.

Daaannn, ini adalah extra part terakhir!

Karena selanjutnya nanti(sequelnya) itu cerita mereka dimasa lalu. Kaya flashback gitu.

_________________________________________





Setiap pagi, setiap bangun tidur, setiap baru sadar dari alam bawah mimpi. Dia selalu sendirian!

Anak dan istrinya? Tentu saja sudah asik bermain diruang tv. Huh.

Tinggalin teross tinggalin!

“Woah, liat itu siapa yang sudah bangun.” Ujar Ara senang yang sedang memangku anak laki-lakinya sembari bermain mobil-mobilan. “Wake up, Daddy. Wake up!” Seolah yang sedang berbicara adalah anak-nya yang kini belum genap satu tahun itu.

Jika dilihat dari wajahnya, anak itu benar-benar bibit yang bagus nantinya. Adhitama Elvan Cloved. Rangkaian nama yang kontras dengan artian seorang lelaki tampan.

Azam mungucek matanya dengan malas, mengambil tempat duduk disebelah Ara lalu menaruh kepalanya dibahu istrinya itu, sementara tangannya melingkari perut Ara, “No jealous. This is mine.” Ujarnya dengan picingan mata saat melihat El langsung berdiri dengan bergantung ditangan Ara, lalu memukul wajahnya.

Ba-bap!”

Azam melotot, “What?! Babap?” Dia langsung mengambil El dari tangan Ara, menaruhnya diatas pangkuan lalu menggelitiki perut buncit itu yang membuat El tertawa.

Ara terkekeh kecil, berdiri untuk mengambil sarapan untuk Azam, “Jangan di apa-apain lagi anak aku!” Teriak Ara dari belakang saat mendengar El mulai menangis. Kebiasaan Azam!

“Biarin aja, bentar lagi aku dudukin ke teras.”

“Ajim!”

Azam tertawa kecil. Mengambil tubuh El yang mulai merangkak lalu menggendongnya dan berjalan keluar.

•  •  •

Ara tercengang saat melihat ruang televisi yang kosong. Mainan-mainan pun sudah tidak ada lagi ditempat semula. Sembari membawa nampan berisi sarapan suami-nya itu, dia melangkah keluar rumah.

Ara melotot saat melihat apa yang Azam pakaikan ditubuh El. Baju tidur tetap didalam, sementara luarnya dipakaikan jaket kulit. Tidak lupa syal kecil yang melingkari leher El lengkap dengan topi.

Dan Azam belum sadar akan kedatangan Ara, asik meng-agahi El yang sedari tadi tertawa. Bagaimana pun, mereka tetaplah ayah dan anak yang saling menyayangi.

“Astaga, itu anak-nya di apain, Ajim?” Ara menaruh nampan diatas meja kecil diteras itu, mengambil El yang sedang dipegang Azam namun diberdirikan diatas rumput menggunakan sepatu.

“El mau main diluar, ya aku pakein itu biar tetap aman.” Jelas Azam santai seperti tidak bersalah, ikut berdiri dihadapan Ara.

“Ish!” Ara mendelik, tangannya membuka seluruh atribut yang memenuhi tubuh kecil anak-nya, “Justru matahari pagi itu bagus untuk perkembangan syaraf dan saluran darahnya El.” Jelas Ara tanpa membalas tatapan Azam yang kembali mengikutinya duduk diatas rerumputan, “Dad jahat, ya, nak? Pak' dia.”

ARA' S[completed!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang