Begitu mobil marcedes benz- c300 putih itu terparkir, salah satu pintu langsung terbuka dan muncul seorang gadis dengan rambutnya yang dicepol asal dan gaun pink kotak-kotak bermodel kemeja diatasnya. Dia berlari tanpa memedulikan lagi suara-suara yang menyeru namanya.Azam ikut berjalan dengan tempo cepat untuk mengejar larian Ara setelah berpamitan pada Tommy. Begitu sudah berada disebelah Ara, dia langsung merangkul gadis itu dengan eratnya dan berbalik arah.
“Iihh... Lepasin, Ajim! Ara mau jalan-jalan.” Berontaknya dibalik dada Azam.
“Nanti, makan dulu.”
“Nggak mau! Ara udah kenyang!” Balasnya berteriak lagi.
Azam terus berjalan santai dengan Ara yang masih merusuh dirangkulannya, entah itu melompat-lompatkan badannya atau terus berusaha menjauh agar terlepas dari perangkapnya.
Sampainya mereka didepan ambal yang dibentang direrumputan dengan berbagai jenis makanan dan minuman tertata rapi diatasnya. Sontak Ara berbinar senang, dia langsung melepas rangkulan Azam dan duduk manis disana, bahkan sebelum semua anggotanya duduk. Matanya menyusuri berbagai macam makanan kesukaannya yang selama ini selalu dilarang Azam untuk memakannya.
“Ayo dimakan.” Tommy berujar yang langsung disambut teriakan girang oleh Ara. “Buka cepetan, Bun. Ara udah nggak sabar tuh.” Ujarnya lagi membuat Ara semakin heboh ditempat duduknya.
Ara melihat Azam yang mengambil piring mini untuk menaruh potongan pizza dengan tambahan kompilasi jamur mushroom, saos, atau berbagai sayuran lain yang sudah dibentuk sedemikian rupa. Dia pun tak mau kalah, dengan gerakan kilat mencomot bergantian sayuran itu.
“Ayah sama Bunda kenapa cuma liatin? Mau Ara yang ambilin, ya?” Tanyanya pada Tommy dan Jessy yang sedari tadi hanya memandangi dirinya saja.
“Boleh boleh.” Seru Jessy semangat, tentu dibalas anggukan antusias oleh Ara.
“Ini untuk Ayah, dan ini untuk Bunda!” Ujarnya memberi dua piring mini itu bergantian. Dia bertepuk tangan dengan gembiranya, merasa begitu bangga karena secuil pekerjaan yang dapat dilakukan olehnya.
Taman hijau yang rindang disertai dengan permainan anak-anak ditengahnya, dengan semilir angin sore menambah kesejukan ditaman luas ini.
Penuh canda dan tawa. Hanya ada mereka, dan kebahagiaan.
• • •
Tepat pukul 3 sore waktu indonesia barat, mereka telah sampai dengan selamat dikediaman awal. Hanya Ara dan Azam, tidak dengan Tommy dan Jessy yang masih memiliki jadwal padat dikota asing itu.
Azam membaringkan terlebih dahulu Ara dikasur miliknya agar gadis itu tak berteriak kehilangan ketika terbangun, mengusap pucuk kepala gadis itu lembut dan berlalu turun untuk mengambil koper dan sangkek lain yang pasti berisi pakaian dan oleh-oleh untuk teman-teman mereka.
Azam memasuki kain kotor kedalam mesin untuk diputar Bi Inem dan baju yang masih bersih kembali ditata didalam lemari dan berlalu kekamar mandi untuk berbersih diri.
Untuk ukuran lelaki seumurannya, badannya sudah terlalu kekar dan keras, tentu saja, olahraga tak pernah absen mengisi waktu sorenya dan basket adalah kegiatan rutin sekaligus hobinya. Begitu juga dengan otaknya, bahkan disaat umurnya yang masih dini tak membuat dirinya seperti anak-anak lain yang bisa bermain dengan bebasnya tanpa harus memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup sebatang kara.
“Kamu mau kerja disini? Tapi pekerjaan ini terlalu berat untuk seumur kamu, nak.”
“Nggak apa-apa, paman. Azam kuat, kok. Beri Azam pekerjaan, paman. Kalau nggak kerja, Azam nggak makan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romance"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...