•Ambisi Yang Tak Tertebak•

11.3K 790 44
                                    

Happy Reading!

ARA’S

• • •

“Mana Ara, Zam? Udah bangun dia?”

Nathan yang mendengar itu memutar bola matanya malas sambil terus menyendok nasi goreng masuk kepiringnya.

“Tadi belum, om. Nggak lama lagi juga pasti bangun.”

Tommy mengerutkan keningnya, lagi dan lagi. “Kok tau?”

Azam berdiri dari duduknya bermaksud menjemput Ara keatas. “Karna Azam udah turun kebawah.” Ucapnya, disampaikan dengan kalimat lain.

Jessy terkekeh, “Deket amat dia sama kamu, ya, heran bunda.” Ucapnya yang dibenari oleh Tommy.

Azam menyunggingkan senyum kecil, dan berlalu dari sana. Namun, baru sampai diundakan tengah, suara pelan dan serak khas bangun tidur itu membuatnya berhenti.

“Ajim...”

Azam melangkah keatas sebanyak tiga kali anak tangga seraya melipat kedua tangan didepan dada, untuk menunggu aksi gadis itu selanjutnya. Ia mendengar Ara yang menggerutu kesal karena dirinya telah turun terlebih dahulu. Kemudian, Ara berbaring dengan santainya dan merosot indah dengan dia yang sudah menyiapkan tangan untuk mengangkat gadis itu berdiri.

“KYAAA! ARA TERBANG!” Matanya yang semula tertutup kini terbuka, namun yang ia dapat malah wajah Azam dengan kakinya yang langsung menyentuh lantai tangga membuatnya cemberut. “Gendong!” Dia mengangkat kedua tangannya, namun Azam hanya memandangnya datar. “Yaudah Ara merosot aja.” Ucapnya lugu, namun tubuh lebar lelaki didepannya itu menghalangi tubuh kecilnya yang ingin kembali turun dengan unik. “Awas, Ajim!” Teriaknya kesal dengan tatapan mendelik.

“Ayo turun.” Sebagai gantinya, Azam mengulurkan jemarinya untuk digenggam Ara. Namun gadis itu malah semakin menatapnya marah.

“Ara nggak mau!” Ucapnya memanglingkan wajah seraya melipat kedua tangannya didada. Ia melirik kearah wajah Azam yang mulai menatapnya dingin, membuatnya takut sendiri.

“Yaudah.” Azam segera berbalik, dan mulai mengambil langkah menuruni tangga.

Ara mencibir dengan mata jernihnya yang mulai berlinang, “Ajim...” Panggilnya serak dan sedih seraya mengulurkan sebelah tangannya bahwa dia mau bergandengan.

Azam langsung berbalik, menyusul Ara keatas dan berdiri tepat didepan gadis itu hingga tinggi mereka terlihat sama karena ia berdiri dibawah tangga yang Ara pijaki. Sebelah jemarinya menggenggam jemari Ara, sementara sebelahnya lagi mengusap kedua mata Ara bergantian dengan tatapan yang sudah berubah menjadi lembut dan senyum teduh.

Ara yang melihat itu seketika tersenyum mengembang hingga kedua matanya menyipit membentuk garis membuat Azam terkekeh seraya mengapit kedua hidungnya dengan tekukan jari telunjuk dan tengah. Setelah itu mereka turun dengan jemari yang saling bertautan. Tampak serasi karena perbedaannya yang begitu kentara, Azam dengan tangan yang besar penuh urat yang berwarna hijau, sementara Ara tampak sangat mungil yang putih bersih seperti susu.

“Jadi seperti ini, drama kalian setiap hari?” Tanya Tommy dengan kekehannya, sementara Ara dan Azam baru menyadari bahwa sedari tadi mereka ditonton oleh keluarga.

ARA' S[completed!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang